Nocturnal Penile Tumescence (NPT) adalah fenomena di mana ereksi terjadi secara spontan saat tidur atau terjaga. Fenomena ini tidak terbatas pada pria. Wanita juga mengalami kondisi yang disebut "Nocturnal Clitoral Tumescence", tetapi fenomena ini pada pria umumnya dikenal sebagai "ereksi pagi" dan dikenal luas. Penelitian telah menunjukkan bahwa dalam keadaan normal, pria yang sehat mengalami tiga hingga lima ereksi nokturnal setiap malam, yang terutama terjadi selama tahap tidur rapid eye movement (REM).
Ereksi nokturnal tidak hanya merupakan indikator gairah seksual, tetapi juga terkait erat dengan kesehatan penis.
Meskipun tidak ada penjelasan ilmiah yang pasti untuk penyebab spesifik ereksi nokturnal, penelitian menunjukkan bahwa hal itu terkait erat dengan sistem saraf otonom manusia. Selama terjaga, ereksi biasanya dipicu oleh sistem saraf parasimpatis, yang terhubung ke sistem saraf pusat otak. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pembuluh darah di penis melebar dan melepaskan oksida nitrat, yang kemudian memicu ereksi.
Di kalangan medis, secara umum diyakini bahwa adanya ereksi di malam hari dapat membantu mendeteksi apakah seseorang mengalami disfungsi ereksi. Jika pasien dapat mengalami ereksi saat tidur tetapi tidak saat terjaga, hal ini biasanya menunjukkan adanya masalah psikologis atau emosional; sebaliknya, jika tidak ada yang terjadi, mungkin ada penyebab fisiologis.
Tes ereksi di malam hari biasanya dilakukan selama tiga hari dan merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi ereksi saat tidur.
Ereksi nokturnal yang sering sangat membantu meningkatkan kesehatan penis. Fenomena fisiologis ini tidak hanya meningkatkan aliran darah ke korpus kavernosum penis, tetapi juga membantu menghindari enuresis yang disebabkan oleh kandung kemih yang penuh di malam hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa memiliki pola ereksi nokturnal yang baik dapat berkontribusi pada kesehatan fisiologis secara keseluruhan dan juga dapat memberikan cara untuk mengukur kesehatan mental.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa frekuensi dan durasi ereksi nokturnal menurun seiring bertambahnya usia. Pria berusia di atas 60 tahun, khususnya, jarang mengalami ereksi nokturnal penuh, meskipun mereka dan pasangannya melaporkan masih melakukan aktivitas seksual secara teratur. Fenomena ini menunjukkan bahwa dampak usia terhadap kesehatan seksual tidak dapat diabaikan.
Penelitian menemukan bahwa selama masa remaja, pembengkakan berlangsung rata-rata sekitar 159 menit per malam, angka yang menurun secara signifikan seiring bertambahnya usia.
Dalam beberapa kasus, ereksi nokturnal dapat disertai dengan rasa sakit, fenomena yang dikenal sebagai ereksi menyakitkan terkait tidur (SRPE). Orang-orang ini akan terbangun dengan rasa sakit selama tidur REM. Selain itu, ada kondisi yang disebut "priapisme gagap". Jenis ereksi ini sering kali tidak disengaja dan disertai rasa sakit, dan pasien memerlukan tindakan penanganan khusus untuk meredakan gejalanya.
KesimpulanEreksi nokturnal lebih dari sekadar fenomena fisiologis sederhana; kejadiannya dapat memberikan informasi penting kepada profesional perawatan kesehatan tentang kesehatan seksual dan status psikologis pasien mereka. Memahami fenomena ini sangat penting untuk manajemen kesehatan seksual individu dan diagnosis klinis. Namun, sebagai pembaca, dapatkah kita berpikir lebih dalam tentang sinyal fisik dan mental apa yang tidak diketahui yang diungkapkan oleh perubahan ereksi nokturnal tentang kita?