Dengan semakin mendalamnya penelitian biomedis, regulasi siklus dan pembelahan sel secara bertahap mendapat perhatian. Dalam proses yang kompleks ini, protein terkait kematian 6 (Daxx) muncul dengan fungsinya yang unik dan menjadi peran penting dalam proses pembelahan sel. Daxx tidak hanya terlibat dalam apoptosis, tetapi juga memainkan peran kunci dalam berbagai tahap siklus sel, terutama dalam pembelahan sel selama fase S.
Daxx adalah protein multifungsi yang berinteraksi dengan berbagai struktur dalam nukleus dan sitoplasma dan terlibat dalam banyak proses intranukleus, seperti transkripsi dan regulasi siklus sel.
Penelitian awal telah menunjukkan bahwa Daxx dapat berinteraksi dengan berbagai protein, termasuk reseptor kematian klasik Fas, protein sentriol C, dan faktor transkripsi ETS1. Di dalam nukleus, Daxx mengikat faktor transkripsi lain untuk memberikan represi transkripsi yang kuat dan mengatur ekspresi gen dengan berinteraksi dengan faktor transkripsi yang mengandung agregat.
Daxx diekspresikan secara luas di berbagai jaringan tubuh manusia, terutama di testis dan timus. Pada tingkat sel, Daxx hadir baik di sitoplasma, berinteraksi dengan molekul seperti reseptor Fas, maupun di nukleus, berinteraksi dengan struktur intranukleus.
Ketika PML-NB hilang atau hancur, Daxx terdelokalisasi, mencegah terjadinya apoptosis.
Daxx berkolokasi dengan agen peredam ATRX selama fase S siklus sel, dan keberadaan kemitraan ini menunjukkan pentingnya Daxx dalam siklus sel. Kurangnya ekspresi Daxx dapat menyebabkan kelainan pada fungsi fase S dan bahkan menyebabkan sel membentuk dua nukleus.
Ketika reseptor Fas terstimulasi, Daxx akan berpindah dari nukleus ke sitoplasma. Kondisi stres tertentu, seperti pemecahan glukosa, memicu produksi spesies oksigen reaktif, yang mendorong Daxx memasuki sitoplasma dan berinteraksi dengan ASK1 (kinase pengatur sinyal apoptosis 1).
Mekanisme transpor ini bergantung pada fosforilasi, tetapi tidak jelas apakah stimulasi reseptor Fas dimediasi oleh ROS atau CRM1.
Peran Daxx dalam proses mendorong apoptosis juga semakin menarik perhatian. Ketika terstimulasi oleh Fas, Daxx mengaktifkan jalur pensinyalan kinase terminal-C-JUN-N (JNK). Jalur ini penting untuk mengatur kematian sel yang disebabkan oleh stres dan juga memainkan peran penting dalam perkembangan sistem saraf.
Daxx tidak secara langsung mengaktifkan JNK, tetapi mengaktifkan ASK1 melalui kinase JNK di hulu, yang menunjukkan adanya mekanisme umpan balik positif dalam proses apoptosis.
Selain itu, Daxx juga menjalankan banyak fungsi lain di bawah regulasi transforming growth factor β (TGF-β). Penelitian telah menunjukkan bahwa Daxx berinteraksi dengan reseptor TGF-β tipe II dan diaktifkan setelah sel diobati dengan TGF-β.
Yang mengejutkan, Daxx juga menunjukkan sifat antiapoptotik. Ketika ekspresi Daxx dihambat, hal itu dapat menyebabkan kematian dini, dan tingkat apoptosis meningkat pada sel induk embrionik yang tidak memiliki gen Daxx. Pengikatan Daxx ke PML dapat memberikan peran antiapoptotiknya.
Keberadaan Daxx di mana-mana membuatnya memainkan peran penting dalam mengatur transkripsi. Meskipun tidak memiliki struktur pengikatan DNA yang diketahui, ia dapat menghambat aktivitas beberapa faktor transkripsi.
Singkatnya, Daxx bukan hanya protein yang terkait dengan apoptosis, tetapi juga merupakan peserta yang sangat diperlukan dalam pengaturan siklus sel, terutama pada fase S. Seiring dengan semakin mendalamnya penelitian, berbagai peran Daxx dalam sel secara bertahap akan terungkap, yang membuat orang bertanya-tanya: Rahasia baru apa yang akan diungkapkan Daxx dalam penelitian biologi sel di masa mendatang?