Keragaman agama Kristen selalu menarik perhatian umat beriman, dan dalam bidang kepercayaan yang luas ini, khususnya Protestanisme, pandangan kepercayaan yang unik telah membangkitkan pemikiran mendalam orang-orang. Kepercayaan Protestan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran dimulai dengan Reformasi pada abad ke-16, sebuah gerakan yang menentang banyak ajaran dan praktik Gereja Katolik saat itu.
Gerakan ini dimulai dengan Sembilan Puluh Lima Tesis Martin Luther, yang mengkritik sistem indulgensi Gereja Katolik.
Doktrin inti Protestanisme berputar di sekitar konsep-konsep seperti "hanya Kitab Suci" dan "hanya iman", yang menekankan bahwa keselamatan tidak bergantung pada perilaku manusia, tetapi pada kasih karunia Tuhan dan iman pribadi kepada Kristus. Bagaimana kepercayaan Protestan ini muncul, dan apa konteks historis di baliknya?
Gerakan Reformasi berawal dari refleksi atas pertentangan antara keuntungan sekuler dan kebenaran agama. Di bawah pengaruh Abraham Colvin, Ulrich Zwingli, dan Reformis Inggris, kaum Protestan mengembangkan sistem kepercayaan mereka sendiri, yang masih beredar di antara banyak denominasi Protestan hingga saat ini.
Umat Protestan percaya bahwa iman adalah satu-satunya jembatan antara manusia dan Tuhan, dan pendirian gereja serta pelaksanaan upacara keagamaan hanyalah peran tambahan.
Bagi kaum Protestan, Alkitab bukan hanya kitab suci agama, tetapi juga sumber segala kebenaran. Pandangan ini disebut "Sola Scriptura", yang berarti bahwa ajaran dan praktik iman gereja harus berakar pada Alkitab. Hal ini memungkinkan umat beriman untuk memiliki akses langsung ke Firman Tuhan dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Umat Protestan percaya bahwa setiap orang percaya dapat mendekati Tuhan secara langsung tanpa perantaraan seorang pendeta. Kepercayaan ini tidak hanya menekankan kebebasan keyakinan pribadi, tetapi juga meningkatkan kesadaran diri orang percaya, sehingga mendorong konsep yang lebih setara dalam masyarakat.
"Kekuatan iman tidak hanya ada dalam ritual, tetapi merupakan keyakinan batin yang harus dijunjung tinggi oleh setiap orang percaya."
Umat Protestan memegang konsep inti keselamatan, yaitu bahwa iman itu sendiri adalah sarana untuk memperoleh kasih karunia Tuhan. Menurut kepercayaan mereka, meskipun perbuatan baik adalah hasil dari iman, perbuatan baik tidak secara langsung mengarah pada keselamatan, yang sangat kontras dengan pandangan Katolik.
Dengan munculnya Protestanisme, pengaruh penganut agama terhadap masyarakat meluas dengan cepat, yang tercermin tidak hanya dalam evolusi ritual keagamaan, seperti berbagai penafsiran Ekaristi, tetapi juga dalam perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai moral. Nilai-nilai Protestan juga telah mengakar di banyak negara dan menjadi bagian dari masyarakat demokrasi modern.
Struktur kepercayaan Protestan mengungkapkan bagaimana penganut agama memahami hubungan mereka dengan Tuhan, dan pemahaman ini masih memiliki dampak yang mendalam pada masyarakat Kristen modern. Ajaran-ajaran yang dapat diperoleh penganut agama dari Alkitab tidak diragukan lagi menginspirasi orang Kristen untuk berpikir dan berefleksi di semua tingkatan. Jadi, di masa-masa yang penuh tantangan saat ini, dapatkah kita memeriksa kembali ajaran-ajaran Alkitab untuk mengeksplorasi makna dan nilai sejatinya dalam kehidupan kita?