Saat menjelajahi geografi Bumi, klasifikasi pulau tidak tampak begitu sederhana. Banyak pulau dianggap berada di benua-benua, dan alasan di baliknya melibatkan banyak faktor seperti geologi, politik, dan budaya. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap rahasia di balik pulau-pulau ini dan mempelajari bagaimana pulau-pulau ini berfungsi sebagai jembatan tak kasat mata antarbenua.
Saat ini, negara-negara biasanya membagi benua menjadi tujuh benua. Namun pada kenyataannya, latar belakang budaya dan geografis yang berbeda dapat menyebabkan interpretasi yang berbeda tentang jumlah benua, dengan jumlah benua yang hanya empat. Identitas sebuah pulau bergantung pada lokasi geografis dan struktur geologisnya, seperti berada di landas kontinen yang berdekatan, seperti Singapura dan Kepulauan Inggris; atau berada di mikrobenua pada lempeng tektonik yang sama, seperti Madagaskar dan Seychelles.
Dalam penentuan batas benua, faktor geopolitik pulau terkadang memainkan peran penting.
Jika menilik sejarah, pembagian antara Afrika dan Asia bukanlah hal yang mudah. Dalam geografi Yunani kuno, kata "Afrika" awalnya merujuk pada Libya kuno, bukan seluruh benua Afrika seperti yang kita kenal sekarang. Kini, Mesir sejujurnya adalah negara lintas benua, karena Semenanjung Sinai-nya terletak di Asia. Akan tetapi, Mesir sering dianggap sebagai bagian dari Afrika, tergantung pada konteks budaya dan politiknya.
Meskipun kurang dari 2% penduduk Mesir tinggal di Semenanjung Sinai, batas geografis ini mencerminkan persinggungan dan keberagaman budaya.
Jarak antara Afrika dan Eropa bukanlah hubungan darat langsung, tetapi lebih merupakan hubungan dengan pulau-pulau tersebut. Kepulauan Azores terletak di Samudra Atlantik dan dianggap sebagai bagian dari Eropa meskipun letaknya lebih jauh, sedangkan Kepulauan Canary lebih dekat dengan Afrika. Situasi ini telah menciptakan dialog budaya dan politik yang unik serta memperdalam kompleksitas antarpulau.
Sebagaimana dinyatakan dalam sejarah Kepulauan Azores, "empat kelompok pulau utama biasanya ditetapkan sebagai bagian dari Afrika, meskipun Kepulauan Canary dan Kepulauan Cape Green termasuk dalam benua tersebut".
Antartika dan pulau-pulau di sekitarnya tidak memiliki penduduk tetap. Lebih jauh lagi, di bawah Sistem Perjanjian Antartika, kedaulatan atas tanah di selatan 60°S ditangguhkan. Hal ini membuat Antartika memiliki hubungan geografis yang kontradiktif dengan benua lain, terutama Pulau St. Hed dan Kepulauan McDonald di dekatnya, yang, meskipun tidak pernah dihuni, dianggap sebagai bagian dari Australia. Penelitian tentang Antartika terkadang bahkan menyebabkannya dimasukkan dalam kategori Amerika Selatan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Beberapa cendekiawan telah menunjukkan bahwa keterpencilan pulau-pulau ini telah mengakibatkan terputusnya hubungan antara pulau-pulau tersebut dengan benua mana pun.
Perbatasan antara Asia dan Australia biasanya dianggap sebagai wilayah Wallace di Kepulauan Melayu. Definisi wilayah ini didasarkan pada kombinasi pertimbangan geologis dan antropologis, dan beberapa pulau di Indonesia seperti Kepulauan Aru dianggap sebagai bagian dari benua Australia.
Beberapa cendekiawan telah mengusulkan bahwa "kepulauan Pasifik telah membentuk karakteristik budaya yang unik karena pemisahan antara benua-benua, yang sering kali membuat mereka terpisah dari benua Asia dalam sejarah."
Secara umum, penentuan batas-batas antara pulau dan benua bukan hanya masalah posisi geografis, tetapi juga merupakan cerminan budaya dan sejarah. Pulau-pulau lintas benua ini selalu menunjukkan adanya keterhubungan antarbenua, baik karena alasan geologis, politik, maupun budaya. Pada akhirnya, seperti yang telah kita lihat, kepemilikan pulau-pulau ini yang rumit membuat kita bertanya-tanya: Mungkinkah batas geografis seperti itu akan berubah di masa mendatang?