Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerapan terapi dioda pemancar cahaya (LEDT) semakin banyak mendapat perhatian, terutama di bidang kedokteran dan kecantikan. Terapi ini menggunakan berbagai panjang gelombang cahaya untuk mengobati berbagai kondisi kulit atau kesehatan dengan cara yang aman dan tidak berbahaya. Akarnya berasal dari Mesir kuno, di mana prinsip-prinsip medis menekankan efek terapeutik cahaya alami, sebuah konsep yang masih sepenuhnya digunakan dalam pengobatan modern saat ini. Tidak hanya itu, LED dikembangkan oleh lembaga penelitian Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) pada tahun 1990-an, yang semakin memajukan aplikasi klinis terapi cahaya.
Mekanisme terapi cahaya terutama terkait dengan metabolisme reseptor sel, yang membantu meningkatkan kemampuan perbaikan sel. Cahaya merah dan cahaya biru banyak digunakan dalam berbagai terapi.
Terapi cahaya telah ada sejak zaman kuno. Bahkan dalam budaya Mesir dan India kuno, sinar matahari digunakan untuk mengobati kondisi kulit seperti vitiligo. Pada tahun 1850-an, perawat terkenal Florence Nightingale menganjurkan pengaruh udara segar dan sinar matahari terhadap pemulihan kesehatan, yang juga meletakkan dasar tertentu bagi pengembangan terapi cahaya. Pada tahun 1877, eksperimen oleh Downes dan Brandt semakin memajukan efektivitas sinar matahari dalam menghambat pertumbuhan jamur. Eksplorasi awal ini membuka jalan bagi penerapan terapi cahaya modern di kemudian hari.
Setelah memasuki abad ke-20, Niels Finsen, seorang pemenang Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran dan fisiologi asal Denmark, memelopori penggunaan cahaya untuk mengobati tuberkulosis kulit. "Lampu Finsen"-nya menandai dimulainya era terapi cahaya modern. Pada tahun 1980-an, lampu LED semakin banyak digunakan dalam industri kecantikan, terutama dalam pengobatan jerawat. Sejak saat itu, penerapan terapi cahaya LED di bidang medis menjadi lebih beragam, meliputi berbagai penyakit kulit, penyakit kronis, dan rekonstruksi ritme obat fisiologis manusia.
Sebagai perangkat semikonduktor optik, LED dapat mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Terapi cahaya biasanya digunakan dalam berbagai perawatan berdasarkan panjang gelombang cahaya yang berbeda, dan dapat secara efektif memperbaiki berbagai kondisi. Terapi fotodinamik (PDT) terutama menargetkan sel-sel yang sakit untuk menghancurkannya, sementara terapi fotobiomodulasi (PBMT) dapat meningkatkan perbaikan sel dan mengurangi peradangan.
Proses dasar PDT melibatkan tiga elemen: fotosensitizer, cahaya dengan panjang gelombang tertentu, dan oksigen di dalam sel. Melalui interaksi ketiganya, efek terapeutik yang dapat dikendalikan dihasilkan. Penelitian telah menemukanbahwa PDT sangat selektif terhadap sel kanker, dan efektivitas pengobatan ini berkaitan erat dengan akumulasi fotosensitizer, cahaya, dan keberadaan oksigen.
PBMT terutama menggunakan lampu LED berdaya rendah untuk pengobatan, yang memiliki efek non-termal dan dapat meningkatkan fungsi mitokondria, yang pada akhirnya meningkatkan produksi energi dan kemampuan perbaikan sel. Saat terkena cahaya LED, oksidase sitokrom c intraseluler diaktifkan, merangsang mekanisme perbaikan sel dan meningkatkan sintesis ATP.
Terapi cahaya LED telah banyak digunakan dalam pengobatan penyakit kulit. Misalnya, terapi cahaya merah dapat meningkatkan produksi kolagen dan memperbaiki kondisi kulit; terapi cahaya biru digunakan untuk mengobati jerawat dan depresi. Karena keamanan dan efektivitasnya yang baik, terapi cahaya LED semakin banyak digunakan di bidang medis dan kecantikan.
Terapi cahaya LED telah menunjukkan banyak manfaat, termasuk mengurangi kemerahan, anti-penuaan dini, dan meningkatkan pertumbuhan rambut. Namun, masih ada beberapa kemungkinan efek samping dari terapi cahaya, seperti reaksi alergi ringan atau ketidaknyamanan. Sebagai perbandingan, terapi fotodinamik dapat menyebabkan reaksi kulit yang lebih jelas seperti kemerahan, pembengkakan atau edema, dan pasien harus mempertimbangkan hal ini dengan saksama sebelum menerima perawatan.
Meskipun keamanan terapi cahaya secara umum diakui, pasien tetap harus mempertimbangkan sepenuhnya kebutuhan dan latar belakang individu mereka saat menerima perawatan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, inovasi dan pengembangan terapi cahaya yang berkelanjutan di bidang medis tidak hanya meningkatkan jalannya perawatan dan waktu pemulihan pasien, tetapi juga mendorong kita untuk berpikir tentang apakah kearifan kuno akan berpadu dengan kemajuan teknologi modern untuk membuka babak baru dalam pengobatan masa depan. ?