Megapoda, juga dikenal sebagai burung yang mengerami telur atau bersarang, adalah sekelompok burung berukuran sedang hingga besar dalam famili Megapodiidae. Burung-burung ini memiliki tubuh kekar, kepala kecil, dan kaki besar; nama mereka berarti "kaki besar", deskripsi salah satu karakteristik burung yang hidup di darat ini. Dalam famili burung misterius ini, sebagian besar spesies hidup di lingkungan hutan dan menunjukkan kebiasaan hidup yang unik serta metode reproduksi yang menakjubkan.
Rahasia EvolusiSemua burung berkaki raksasa menunjukkan sifat super-prekositas, yang memungkinkan anak-anaknya menetas dengan tingkat kedewasaan yang tidak terlihat pada burung lain. Anak-anaknya yang menetas tidak hanya memiliki mata terbuka dan koordinasi tubuh serta kekuatan yang relatif lengkap, tetapi juga dapat mulai mengejar mangsa dan bahkan terbang secara mandiri pada hari mereka menetas.
Nenek moyang langsung burung raksasa ada puluhan juta tahun yang lalu. Menurut penelitian geologi dan paleontologi, asal usul Macropodus terkait erat dengan burung darat awal. Kunci dari proses evolusi adalah strategi reproduksi dan kebiasaan hidup mereka, yang terutama terwujud dalam sarang telur dan metode inkubasi. Burung-burung ini tidak bergantung pada panas tubuh mereka sendiri untuk mengerami telur, tetapi memilih untuk menguburnya dalam kompos atau tanah, sehingga panas lingkungan alami dapat mendorong perkembangan telur.
Telur makropsid memiliki kuning telur besar yang membentuk 50 hingga 70 persen dari berat total telur. Makropoda jantan bertanggung jawab untuk memangkas bahan sarang guna mempertahankan suhu yang tepat untuk memfasilitasi proses perkembangan telur.
Distribusi burung kaki raksasa ada di seluruh Oseania, termasuk banyak pulau di Pasifik barat, Australia, Nugini, dan beberapa pulau di Indonesia. Dengan kedatangan manusia, jangkauan burung berkaki raksasa telah menyusut, dan banyak pulau seperti Fiji, Tonga, dan Kaledonia Baru telah kehilangan banyak atau semua spesiesnya.
Meskipun burung kepala sikat Australia pernah dianggap menunjukkan penentuan jenis kelamin yang bergantung pada suhu, hal ini kemudian dibantah. Akan tetapi, suhu memengaruhi kelangsungan hidup embrio dan rasio jenis kelamin keturunan yang dihasilkan.
Makropsida pada dasarnya adalah burung soliter, dan meskipun mereka tidak terlibat dalam perilaku sosial selama reproduksi, cara mereka mengerami dan merawat anak-anaknya telah menarik minat para peneliti. Anak-anak burung raksasa tidak memerlukan perawatan induk setelah menetas karena mereka memiliki kemampuan bertahan hidup yang sangat tinggi. Anak-anak burung tidak memiliki gigi telur dan mengandalkan cakar mereka yang kuat untuk keluar dari cangkang telur dan dapat segera merangkak ke permukaan dan mencari makanan sendiri.
Sifat burung berkaki raksasa yang sangat dewasa tampaknya telah berevolusi dari perilaku mengerami telur di awal, yang memungkinkan burung-burung ini bertahan hidup secara mandiri dan beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan tempat tinggal mereka.
Saat ini, terdapat lebih dari dua puluh spesies famili makropoda yang diketahui, yang termasuk dalam tujuh genus berbeda. Meskipun masih terdapat ketidakpastian tentang hubungan evolusi mereka, perbedaan antara berbagai kelompok tersebut cukup jelas secara morfologis. Burung-burung ini menunjukkan keragaman yang luar biasa dalam penampilan dan perilaku, dengan setiap spesies memainkan peran unik dalam ekosistem tempat tinggalnya.
Budaya asli Oseania, tempat mereka berasal, memuja sarang burung berkaki raksasa karena telurnya dianggap sebagai makanan lezat. Telur makropoda berukuran sekitar dua kali lipat telur ayam, dan kuning telurnya beratnya hampir empat kali lipat. Kebiasaan berkembang biak burung yang unik dan statusnya yang dilindungi telah memberi mereka tempat khusus dalam budaya lokal.
Setelah mempelajari kisah ekologi dan evolusi burung berkaki raksasa yang menarik, kita jadi bertanya-tanya, hubungan macam apa yang ada antara burung misterius ini dengan ekosistem modern?