Dalam ekonomi keuangan, ada hipotesis yang banyak dibahas - hipotesis pasar efisien (EMH). Menurut hipotesis ini, harga aset mencerminkan semua informasi yang tersedia. Ini berarti bahwa investor tidak dapat "mengalahkan pasar" secara konsisten. Namun, apakah teori ini sepenuhnya benar? Dan apakah berlaku untuk setiap pasar? Isu-isu ini telah memicu penelitian dan diskusi yang ekstensif.
Logika dasar hipotesis pasar efisien adalah bahwa jika pasar efisien, maka harga aset seharusnya hanya merespons informasi baru. Dengan kata lain, harga seharusnya tidak dapat diprediksi dari informasi masa lalu.
Akar hipotesis pasar efisien dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-20, ketika matematikawan Prancis Louis Bachelier pertama kali mengusulkan teori pergerakan acak dalam tesis gelarnya. Teori ini kemudian dipromosikan lebih lanjut oleh seorang ekonom bernama Eugene Fama. Dalam makalahnya tahun 1970, ia mengorganisasi dan meninjau penelitian teoritis dan empiris tentang efisiensi pasar, mendefinisikan hipotesis pasar efisien, dan membedakan tiga bentuk - efisiensi pasar lemah, semi-kuat, dan kuat.
Namun bagi para pendukung pasar yang efisien, penelitian empiris selama puluhan tahun belum secara konsisten mendukung teori tersebut. Sejak tahun 1950-an, para peneliti telah mencoba memahami apakah ada anomali yang tidak dapat dijelaskan di pasar. Penelitian pada saat itu menunjukkan bahwa investor profesional mungkin tidak dapat secara konsisten mengalahkan pasar. Namun, setelah memasuki tahun 1980-an, prediktabilitas pengembalian pasar tampaknya membaik, dan lebih banyak prediktor pengembalian ditemukan.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa keberadaan anomali pasar membuat hipotesis pasar yang efisien tidak lagi sepenuhnya valid, dan anomali ini bahkan lebih sulit diprediksi di bawah pengaruh teknologi baru dan pembelajaran investor.
Hipotesis pasar yang efisien didukung oleh teori random walk, yang menyatakan bahwa perubahan harga saham bersifat acak dan mengikuti proses acak tertentu. Bahkan ketika dihadapkan dengan informasi yang luas, harga saham mungkin tidak secara akurat mencerminkan nilai sebenarnya. Hal ini menjadikan efisiensi pasar sebagai topik yang kontroversial, karena banyak investor, termasuk Warren Buffett dan George Soros, mempertanyakan hipotesis pasar yang efisien, menekankan bahwa perilaku manusia dan bias psikologis dapat memengaruhi harga pasar.
Ekonomi perilaku menekankan bias manusia dalam pemrosesan informasi, rasa percaya diri yang berlebihan, reaksi berlebihan, dan berbagai kesalahan yang dapat diprediksi, yang sering kali menghalangi investor untuk membuat keputusan yang rasional.
Namun, efisiensi pasar bukanlah konsep yang mutlak. Banyak akademisi percaya bahwa ada berbagai bias kognitif di antara investor, yang mengarah pada peluang menguntungkan tertentu di pasar. Dengan mempelajari saham berkapitalisasi kecil, saham bernilai, dan kelas aset lainnya, akademisi telah menemukan bahwa faktor risiko inheren dapat mendorong pengembalian yang berada di atas rata-rata pasar.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya, investor bukan hanya pengambil pasar yang pasif. Sebaliknya, ada sekelompok investor aktif yang mencari pengembalian tinggi yang mengubah informasi ini menjadi tindakan ketika peluang pasar muncul. Perilaku ini mencerminkan interaksi dan pendorong psikologis di antara investor, yang pada gilirannya memengaruhi perubahan harga pasar.
Oleh karena itu, apakah benar-benar ada situasi di pasar di mana mustahil untuk mengalahkan pasar secara berkelanjutan telah menjadi pertanyaan yang dipikirkan para peneliti siang dan malam.
Sejak 2010, sejumlah studi baru telah melaporkan bahwa prediktabilitas pasar tampaknya semakin melemah. Beberapa akademisi, seperti Goyal dan Welch, telah menyarankan bahwa bahkan ketika ada variabel penjelas, variabel-variabel ini sering gagal untuk secara konsisten memberikan pengembalian yang mengalahkan pasar dalam praktiknya. Situasi ini membuat frustrasi bagi banyak investor yang ingin mengalahkan pasar, terutama karena teknologi perdagangan frekuensi tinggi terus maju, dan kecepatan perolehan dan eksekusi informasi merupakan keuntungan utama dalam persaingan pasar.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa efektivitas pasar terkait erat dengan aliran informasi. Seiring berkembangnya teknologi, cara investor memperoleh dan menganalisis informasi telah berubah, yang berdampak penting pada cara pasar beroperasi. Dalam keadaan seperti itu, jika investor individu ingin mengalahkan pasar, cara menggunakan informasi ini dan apakah mereka dapat memahami informasi pasar yang berubah dengan cepat menjadi kuncinya.
Pada akhirnya, meskipun hipotesis pasar yang efisien menyediakan kerangka kerja untuk memahami pasar keuangan, kita tidak dapat tidak bertanya apakah masih ada permainan antara sifat manusia dan kebijaksanaan dalam informasi dan struktur pasar yang kompleks ini? Dapatkah investor benar-benar menemukan cara untuk mengalahkan pasar?