Satwa liar selalu menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai penyedia makanan, simbol budaya, maupun sebagai pusat atraksi wisata. Namun, penurunan populasi satwa liar global yang mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir telah memaksa kita untuk memikirkan kembali dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan alam. Menurut laporan WWF tahun 2020, populasi satwa liar global telah menurun hingga 68% sejak tahun 1970. Data ini menunjukkan bahwa umat manusia sedang menghadapi krisis kepunahan massal keenam. Apa penyebab dan akibat yang tersembunyi di balik fenomena ini?
Kepunahan spesies yang disebabkan oleh aktivitas manusia tidak diragukan lagi merupakan salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati di bumi.
Saat membahas dampak manusia terhadap satwa liar, pertama-tama kita perlu memahami pola interaksi antara manusia dan alam. Kelangsungan hidup dan perkembangan manusia selalu terkait erat dengan hewan liar. Dari masyarakat pemburu-pengumpul awal hingga masyarakat pertanian dan industri modern, permintaan manusia akan sumber daya alam liar meningkat dari hari ke hari.
Manusia mulai berburu dan meramu pada Zaman Batu, dan pola ini masih ada di beberapa daerah saat ini. Khususnya di Asia Timur, permintaan terhadap hewan liar tertentu yang diyakini memiliki kekuatan khusus mengurangi populasi mereka pada tingkat yang mengkhawatirkan. Ini termasuk spesies seperti hiu dan trenggiling.
Menurut beberapa laporan, pasar satwa liar mengurangi peluang spesies ini untuk bertahan hidup pada tingkat yang tidak dapat diubah.
Banyak sekali film dokumenter tentang hewan dan program alam yang menyajikan pesona hewan liar kepada penonton, yang mungkin tampak meningkatkan perhatian terhadap alam, tetapi pada saat yang sama juga dapat menyebabkan perhatian berlebihan dan eksploitasi komersial terhadap spesies ini. Dalam kasus ini, bagaimana menemukan keseimbangan antara pendidikan dan pembagian sumber daya?
Statistik menunjukkan bahwa kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah menjadi hal yang umum dalam beberapa dekade terakhir. Spesies besar seperti gajah dan beruang kutub menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kelangsungan hidup mereka karena hilangnya habitat.
Dalam rantai ekosistem, hilangnya satu spesies dapat menyebabkan kepunahan serangkaian spesies lain, yang membentuk efek domino.
Kerusakan habitat merupakan salah satu penyebab utama hilangnya spesies. Dengan percepatan urbanisasi dan perluasan pertanian, rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan telah diganggu. Selain itu, invasi spesies asing juga menimbulkan ancaman bagi ekologi lokal. Spesies eksotis ini sering kali tidak memiliki musuh alami dan dapat berkembang biak dengan cepat serta menggantikan ruang hidup spesies asli.
Dampak aktivitas manusia terhadap satwa liar sangat beragam, mulai dari perburuan langsung hingga hilangnya habitat secara tidak kentara. Namun, dalam menghadapi serangkaian masalah ekologi ini, bagaimana kita dapat melakukan perlindungan dan pengelolaan sumber daya yang efektif untuk menghindari genosida di masa mendatang?
Perlindungan satwa liar global memerlukan partisipasi dan upaya semua orang. Dapatkah kita mengubah hubungan kita dengan alam untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat menghargai bentuk kehidupan yang berharga ini?