Dalam studi orientasi seksual, banyak ilmuwan memiliki pandangan umum bahwa orientasi seksual didasarkan pada interaksi kompleks dari serangkaian faktor biologis, sosial budaya, dan psikologis, bukan pilihan pribadi. Orientasi seksual, atau ketertarikan romantis atau seksual seseorang terhadap jenis kelamin tertentu, sering dipandang sebagai karakteristik tetap, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa orientasi seksual dapat berubah seiring waktu pada beberapa orang, terutama di kalangan wanita, yang tampaknya lebih mungkin berubah. adalah hal yang umum.
Menurut konsensus ilmiah, orientasi seksual bukanlah pilihan tetapi fenomena yang terkait dengan faktor biologis.
Menurut definisi American Psychological Association, orientasi seksual dan identitas orientasi seksual tidaklah sama. Identitas orientasi seksual dapat berubah sebagai akibat dari pengalaman hidup seseorang, dan jenis kelamin biologis, perilaku seksual, dan orientasi seksual aktual seseorang tidak harus identik. Ada banyak penelitian yang mendukung pandangan ini, khususnya terkait fluiditas seksual wanita, yang menunjukkan bahwa perubahan identitas orientasi seksual lebih umum terjadi pada wanita daripada pada pria.
Penelitian skala besar menunjukkan bahwa, selain perubahan kecil, orientasi seksual sebagian besar wanita tetap stabil selama periode enam tahun.
Meskipun perubahan identitas orientasi seksual memang terjadi, perubahan tersebut relatif jarang terjadi pada pria, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual memiliki stabilitas paling tinggi, menurut sebuah penelitian oleh Savin-Williams, Joyner, dan Rieger. Ini berarti bahwa orientasi seksual, meskipun cair dalam beberapa kasus, tetap relatif stabil bagi kebanyakan orang.
Banyak peneliti percaya bahwa fluiditas orientasi seksual wanita mungkin berasal dari faktor sosial budaya. Ini termasuk efek pada ekspektasi peran gender wanita dan pola interaksi sosial. Sebaliknya, orientasi seksual pria tampaknya lebih dipengaruhi oleh faktor biologis, yang membuatnya lebih sulit untuk diubah.
Fluiditas orientasi seksual perempuan dapat dilihat sebagai hasil interaksi antara biologi dan sosial budaya mereka.
Melihat perilaku laki-laki, penelitian menunjukkan bahwa orientasi seksual mereka relatif stabil di bawah pengaruh berbagai tekanan sosial dan budaya. Dengan kata lain, orientasi seksual laki-laki memiliki batasan yang lebih jelas, dengan banyak laki-laki yang dengan jelas membedakan diri mereka sebagai heteroseksual, gay, atau biseksual, sementara perempuan cenderung terlibat dalam eksplorasi diri dan perubahan identitas yang lebih sering di antara kategori-kategori ini.
Perlu dicatat bahwa meskipun ada fluiditas, masih banyak prasangka terhadap berbagai orientasi seksual di masyarakat umum. Bias ini terkadang memaksa individu untuk menyembunyikan orientasi seksual dan identitas mereka yang sebenarnya. Tekanan sosial ini menciptakan dilema yang semakin mempersulit diskusi tentang fluiditas orientasi seksual di dunia akademis.
Keberadaan fluiditas orientasi seksual menantang asumsi di banyak komunitas tentang kekekalan inheren orientasi seksual.
Dalam sebagian besar penelitian, pembahasan tentang fluiditas seksual tidak terbatas pada heteroseksualitas dan homoseksualitas, tetapi juga mencakup kompleksitas identitas lain seperti biseksualitas. Pemahaman yang lebih mendalam tentang fluiditas orientasi seksual mengharuskan kita untuk mempertimbangkan kembali sifat alami seksualitas manusia dan peran peran gender dalam proses ini.
Pada usia ini, banyak wanita memiliki identitas orientasi seksual yang lebih cair daripada pria, sehingga sangat penting untuk mengeksplorasi identitas seksual pada masa remaja. Proses integrasi identitas selama masa remaja terkait erat dengan perubahan orientasi seksual. Banyak anak muda, terutama biseksual, sering kali berada dalam tahap mengeksplorasi identitas seksual mereka selama periode ini, dan proses ini sangat penting untuk pembentukan orientasi seksual di masa depan.
Proses eksplorasi remaja terhadap identitas seksual mencerminkan universalitas fluiditas orientasi seksual dan dampak sosial serta budayanya.
Meskipun penelitian tentang fluiditas orientasi seksual terus berkembang, masih diperlukan eksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana hal itu dapat berkontribusi pada pengembangan kebijakan yang melindungi hak-hak semua orientasi seksual, terutama dalam perkembangan remaja dan dewasa muda. Perlu dipikirkan secara mendalam apakah fluiditas orientasi seksual akan berdampak pada identitas sosial dan reformasi kebijakan di masa mendatang.
Seiring dengan terus berkembangnya bidang orientasi seksual, hal ini memaksa kita untuk memeriksa kembali konsep inheren kita tentang orientasi seksual: Apakah orientasi seksual benar-benar tidak dapat dipilih?