Dalam situasi medis darurat, pengambilan keputusan cepat tentang pencocokan golongan darah sangat penting, terutama saat transfusi darah diperlukan. Secara tradisional, pengujian pencocokan silang dilakukan sebelum transfusi untuk memastikan kecocokan darah antara donor dan penerima. Namun, dalam situasi kritis, proses ini dapat dibatasi waktu dan tenaga medis harus membuat keputusan penting dengan cepat.
Pengujian pencocokan silang merupakan langkah penting dalam memeriksa kecocokan antara plasma penerima dan sel darah merah donor.
Proses pengujian pencocokan silang biasanya melibatkan pencampuran plasma penerima dengan sampel sel darah merah donor. Jika darah tidak cocok, antibodi dalam plasma penerima dapat mengikat antigen pada sel darah merah donor, yang menyebabkan aglutinasi yang terlihat atau reaksi penghancuran sel darah merah. Kedua batu ini membantu staf medis dengan cepat menilai apakah transfusi darah dapat diberikan, namun dalam keadaan darurat proses ini mungkin memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan daripada yang diperlukan secara medis.
Dalam kebanyakan keadaan darurat, rumah sakit menggunakan "darah khusus golongan" yang tidak memiliki antibodi terhadap penerima, yang berarti darah tersebut dapat ditransfusikan dengan aman. Transfusi darah ini membantu mengurangi risiko reaksi transfusi yang dimediasi antibodi, bahkan tanpa adanya pencocokan silang yang lengkap.
Dalam keadaan darurat, penggunaan darah golongan O Rh-negatif merupakan praktik yang paling umum karena dianggap sebagai donor universal.
Jika golongan darah pasien tidak diketahui, sebagian besar institusi medis akan memprioritaskan penyediaan darah golongan O Rh-negatif, terutama bagi wanita yang berusia sesuai, untuk mencegah mereka bersentuhan dengan darah Rh-positif, sehingga mengurangi risiko pembentukan antibodi anti-D. Hal ini karena antibodi anti-D dapat melewati plasenta selama kehamilan dan menyerang sel darah merah bayi yang belum lahir, yang menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Ketika sampel darah perlu diuji dengan cepat, teknisi laboratorium sering melakukan pengelompokan darah menggunakan metode sederhana yang biasanya selesai dalam waktu 2 hingga 3 menit. Selama proses ini, golongan darah didiagnosis menggunakan reagen dan mikroskop untuk memeriksa adanya aglutinasi. Namun, jika layanan laboratorium tidak tersedia, metode kartu point-of-care juga dapat digunakan untuk pengelompokan darah, tetapi mungkin tidak dapat diandalkan seperti tes yang dilakukan di laboratorium.
Adanya aglutinasi menunjukkan ketidakcocokan golongan darah, sedangkan tidak adanya aglutinasi menunjukkan kompatibilitas yang baik.
Petugas medis dapat memilih berbagai metode pencocokan silang sesuai dengan situasinya. Metode ini meliputi pencocokan silang rotasional langsung, pencocokan silang antiglobulin, dan pencocokan silang elektronik. Setiap metode memiliki kegunaan, kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan setiap rumah sakit perlu memilih metode yang tepat untuk pencocokan golongan darah berdasarkan kondisi aktual.
Ini adalah metode pencocokan yang cepat tetapi kurang sensitif, terutama digunakan untuk mendeteksi ketidakcocokan antara golongan darah ABO. Meskipun cepat, dalam beberapa kasus diperlukan uji pencocokan silang yang lengkap untuk memastikan kecocokan darah tertinggi.
Metode ini mengandalkan analisis komputer untuk mencocokkan silang data golongan darah donor dan penerima guna memastikan bahwa semua data kompatibel untuk mencapai kebutuhan transfusi tercepat.
Metode ini melibatkan inkubasi sampel plasma penerima dengan sel darah merah donor dan kemudian menambahkan antiglobulin untuk mendeteksi respons antigen sel darah merah. Proses ini relatif rumit tetapi memberikan akurasi yang lebih tinggi.
Dalam keadaan darurat, bahkan tanpa pencocokan yang memadai, profesional perawatan kesehatan harus mempertimbangkan cara menyeimbangkan risiko transfusi dengan urgensi hidup pasien. Beberapa institusi medis memberikan perhatian khusus dalam menangani situasi ini untuk memastikan keselamatan dan efektivitas pasien.
Dalam keadaan darurat yang mengancam nyawa pasien, apakah mereka dapat dengan cepat membuat keputusan pencocokan golongan darah yang tepat merupakan tantangan penting yang dihadapi oleh pekerja medis.
Di lingkungan medis masa depan, pengenalan teknologi dan kecerdasan buatan dapat memberikan solusi yang lebih efisien dan akurat. Dan bagaimana perkembangan teknologi lebih lanjut ini akan memengaruhi otomatisasi dan keselamatan transfusi darah darurat?