Dalam Wahyu 17, Yohanes menggambarkan gambaran yang mengejutkan tentang seorang wanita yang dikenal sebagai Pelacur Besar Babel. Bab ini secara mendalam menyingkapkan pandangan dunia yang sama sekali berbeda dari iman Kristen. Bab ini tidak hanya secara tajam mengontraskan kesetiaan iman dengan kerusakan dunia, tetapi juga menyingkapkan banyak unsur historis dan masa depan yang membuat penafsiran bagian ini menjadi sulit bagi orang percaya.
"Aku akan membawamu ke pengadilan pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya."
Dalam prolog ini, malaikat yang berbicara kepada Yohanes menyingkapkan misteri Babel. Pelacur besar tidak hanya merujuk pada kota tertentu, tetapi juga melambangkan sistem kekuasaan. Banyak sarjana percaya bahwa ini adalah metafora untuk Roma kuno. Gambaran ini dibentuk oleh keterkaitannya dengan kekuasaan duniawi - tindakannya menyebabkan pengkhianatan raja-raja di bumi, dan seperti yang dijelaskan dalam Alkitab, godaannya membuat penduduk bumi mabuk dengan anggurnya dan jatuh ke dalam kemerosotan moral.
Baik dari penafsiran berdarah atau dari sudut pandang moral sosial, Babel membentuk kontras yang kuat dengan orang-orang kudus yang diselamatkan. Deskripsi bahasanya membuat orang berpikir tentang orang-orang kudus yang menjadi martir karena iman mereka. Darah mereka mengalir seperti sungai, membuktikan keteguhan mereka pada kebenaran dan iman mereka yang tak tergoyahkan.
"Aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah para saksi Yesus."
Semua ini menjadikan gambaran Babel tidak hanya sebagai deskripsi politik atau ekonomi, tetapi juga peringatan moral. Kehadiran Pelacur Besar menyoroti tantangan bagi iman sejati, dan penganiayaan serta penderitaan yang dialami para martir kontras dengan keberanian mereka untuk berdiri teguh dalam keyakinan mereka.
Kata "misteri" dalam Wahyu 17 adalah kunci penafsiran. Apakah itu identitas pelacur besar atau sistem jahat yang diwakilinya, misteri membuat isi ini melampaui batasan sejarah dan mengarah pada lebih banyak petunjuk tentang masa depan. Ini mengharuskan orang percaya untuk waspada dan bijaksana ketika menghadapi kejahatan.
"Pada dahinya tertulis nama: Rahasia; Babel Besar; Ibu dari para pelacur; Ibu dari kekejian bumi."
Dalam memikirkan nama-nama ini, kita dapat melihat bahwa itu bukan sekadar label, tetapi penafsiran dari pergumulan dunia nyata. Ini menyiratkan kewaspadaan terhadap kekuatan jahat dan mengingatkan orang percaya untuk selalu waspada agar tidak mengikuti orang banyak tetapi bertahan hidup.
Menyerah kepada kejahatan pada akhirnya akan menuntun pada kehancuran. Ini adalah kebenaran yang tak terelakkan. Dalam Wahyu, berbagai karakter melambangkan godaan dunia dan keselamatan jiwa. Ini juga memicu pemikiran mendalam tentang keyakinan kita sendiri: Bagaimana kita harus memilih ketika menghadapi godaan dan tantangan seperti itu?
“Mereka yang hidup di bumi akan heran jika itu tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan.”
Kutipan ini menekankan pentingnya pilihan, terutama dalam pergumulan antara hidup dan iman. Mereka yang menghindar dari tantangan pada akhirnya akan tersesat dalam godaan, tetapi orang-orang kudus yang bertekun dalam iman mereka akan melihat kemenangan akhir.
Wahyu 17 bukan hanya sebuah bagian yang menggambarkan Pelacur Besar, tetapi juga gambaran yang kontras tentang para martir berdarah dan kekuatan duniawi yang menggoda. Ini bukan hanya peringatan bagi zaman dahulu, tetapi juga cermin bagi orang-orang zaman sekarang ketika menghadapi berbagai godaan. Dalam puisi visual yang memikat ini, kita ditantang: Dalam pertempuran antara moralitas dan iman ini, bagaimana kita harus memilih agar tidak tersesat di dunia yang aneh ini?