Sejak zaman dahulu, memperpanjang umur telah menjadi tujuan yang terus dikejar manusia. Di tengah kemajuan teknologi dan pengobatan, banyak peneliti dan "ahli perpanjangan hidup" percaya bahwa terobosan ilmiah di masa depan dapat memungkinkan manusia untuk hidup jauh melampaui batas biologis yang saat ini diterima yaitu 125 tahun. Prediksi mereka didasarkan pada berbagai teknologi masa depan, termasuk regenerasi jaringan, teknologi sel punca, terapi gen, dan perkembangan ilmiah lainnya yang dapat mengarah pada "pemulihan penuh" atau kehidupan yang berkelanjutan dalam keadaan sehat dan awet muda.
"Perkembangan pengobatan dan teknologi saat ini dapat memberi kita fajar keabadian."
Namun, potensi teknologi baru tidak hanya membangkitkan harapan orang, tetapi juga menimbulkan banyak kontroversi etika. Banyak ahli bioetika telah menyatakan kekhawatiran tentang teknologi ini yang mungkin menjadi kenyataan, karena khawatir bahwa dalam mengejar keabadian, manusia akan mengabaikan nilai kehidupan yang hakiki.
Rata-rata umur manusia saat ini sekitar 70 hingga 80 tahun, tetapi umur terpanjang dalam sejarah dilaporkan mencapai 122 tahun dan 164 hari, yang dicapai oleh Jeanne Calment. Selama proses penuaan, kerusakan terakumulasi dalam molekul, sel, dan jaringan tubuh manusia. Kerusakan ini meliputi ketidakstabilan genetik, pemendekan telomer, dll. Di antara semuanya, kerusakan oksidatif oleh radikal bebas juga dianggap sebagai salah satu penyebab utama penuaan.
"Ilmuwan berupaya menemukan cara untuk memperpanjang umur manusia, dengan hasil yang berpotensi mengubah pemahaman kita tentang kehidupan."
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai proyek penelitian perpanjangan hidup telah diluncurkan satu demi satu. Misalnya, American Society of Anti-Aging Medicine dan Methuselah Foundation berkomitmen untuk memberikan dukungan finansial bagi penelitian anti-penuaan. Pada tahun 2013, Google juga mengumumkan pendirian Calico, yang berfokus pada penelitian ilmiah tentang penuaan biologis. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak penelitian telah menemukan bahwa penyuntingan gen atau teknologi lain dapat digunakan untuk memperpanjang umur organisme model tertentu, seperti Caenorhabditis elegans dan ragi.
Di masa depan, seiring kemajuan nanoteknologi, penggunaan nanomesin medis dapat memungkinkan kita untuk memperbaiki kerusakan di dalam sel secara langsung. Penulis fiksi ilmiah Raymond Kurzweil memprediksi dalam bukunya bahwa pada tahun 2030, nanomesin medis canggih akan dapat sepenuhnya memperbaiki efek penuaan. Sementara itu, biologi sintetis dan teknologi penyuntingan gen, seperti CRISPR/Cas9, berpotensi untuk merevolusi cara kita melawan penuaan.
"Melalui teknologi penyuntingan gen, kita dapat mendesain ulang potensi kehidupan."
Namun, kontroversi etika seputar cita-cita memperpanjang umur tidak dapat diabaikan. Banyak ahli memiliki keraguan tentang apakah teknologi yang memperpanjang umur benar-benar dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Orang mungkin menghadapi masalah distribusi sumber daya untuk bertahan hidup, dan rentang hidup yang panjang mungkin tidak dapat lepas dari kesenjangan yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin serta potensi ancaman terhadap tatanan sosial. Apakah layak menginvestasikan banyak sumber daya dalam penelitian semacam itu masih menjadi pertanyaan yang layak ditelusuri secara mendalam.
Saat ini, obat dan teknologi anti-penuaan masih dalam tahap penelitian, dan setiap penelitian menghadapi standar peraturan hukum dan tuntutan pasar yang sangat tinggi. Pemerintah pada umumnya tidak mengakui penuaan sebagai penyakit yang dapat dicegah, yang membuatnya semakin sulit untuk mempromosikan legalisasi dan pemasaran obat anti-penuaan. Lebih jauh lagi, kandidat obat anti-penuaan harus menjalani pengawasan regulasi yang berkelanjutan, mirip dengan pernyataan FDA tahun 2023 bahwa "tidak ada obat yang terbukti memperlambat atau membalikkan proses penuaan."
Menghadapi tantangan dan tekanan ini, dapatkah masyarakat manusia menerobos batasan harapan hidup saat ini? Bagaimana penelitian dan teknologi ilmiah masa depan akan membentuk kembali pandangan kita tentang hidup dan mati serta gaya hidup kita?