Dengan pesatnya perkembangan bioteknologi, banyak ilmuwan mulai meneliti kemampuan transformasi genetik tanaman, terutama cara menggunakan DNA patogen untuk penyuntingan gen. Di antaranya, plasmid Ti (plasmid pemicu tumor) merupakan komponen penting dari "rhizobium", yang memungkinkan kita untuk meneliti secara mendalam proses rekombinasi gen tanaman.
Penelitian plasmid Ti tidak hanya menunjukkan adanya pertukaran genetik antara tanaman dan patogen, tetapi juga meletakkan dasar bagi rekayasa genetika.
Plasmid pemicu tumor adalah plasmid yang terdapat dalam rhizobia patogen (seperti A. tumefaciens), yang fungsi utamanya adalah mentransfer materi genetik tertentu ke sel tanaman, sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan tumor. Proses ini bergantung pada wilayah T-DNA (transfer DNA) dalam plasmid Ti, yang ditransfer oleh rhizobia selama perkawinan ketika tanaman terluka.
Transfer T-DNA tidak hanya dapat mengubah genom tanaman, tetapi juga menginduksi produksi hormon tanaman, seperti auksin dan sitokinin, yang akan menyebabkan pembentukan tumor.
Kemampuan A. tumefaciens untuk menyebabkan tumor pada tanaman telah dicatat oleh para ilmuwan sejak tahun 1942. Studi awal yang menunjukkan bahwa sel tumor tidak memiliki bakteri di dalamnya tetapi masih dapat menghasilkan zat tertentu yang dimetabolisme oleh bakteri yang terinfeksi memicu diskusi tentang transfer gen. Penelitian pada saat itu mengungkapkan bagaimana, dalam kondisi tertentu, A. tumefaciens dapat mentransfer materi genetik ke dalam sel tanaman, sehingga mengubah sifat sel tanaman.
Pengoperasian plasmid Ti bergantung pada mekanisme yang disebut sistem transfer mandiri (T4SS), yang dapat mengangkut T-DNA ke dalam sel tanaman dengan sukses. Selama proses transfer, T-DNA pertama-tama dipotong di dalam plasmid, kemudian DNA ini memasuki struktur ketat sel tanaman melalui saluran khusus. Proses ini tidak hanya dapat diandalkan tetapi juga membantu mengekspresikan gen asing secara stabil di dalam sel tanaman dalam jangka waktu yang lama.
Selama proses transfer plasmid Ti, urutan batas spesifik T-DNA memungkinkan para ilmuwan untuk "memotong" informasi genetik apa pun yang mereka inginkan. Fitur ini memiliki aplikasi penting dalam rekayasa genetika modern.
Berdasarkan sistem transfer DNA plasmid Ti, para ilmuwan telah berhasil mencapai modifikasi genetik di banyak tanaman. Modifikasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, toleransi kekeringan, atau meningkatkan hasil panen. Yang lebih menarik lagi adalah bahwa teknologi ini tidak terbatas pada tanaman, dan penelitian terkini telah menunjukkan bahwa teknologi ini juga berpotensi untuk regulasi gen pada jamur dan bahkan lini sel manusia.
Meskipun penerapan plasmid Ti telah menunjukkan potensi besar dalam transformasi tanaman, masih banyak tantangan yang harus diatasi. Misalnya: dampak keselamatan dan ekologis dari tanaman yang dimodifikasi secara genetika merupakan isu yang perlu dihadapi oleh komunitas ilmiah. Selain itu, apakah dampak jangka panjang dari transfer gen ini akan menyebabkan perubahan besar dalam ekosistem dan isu hukum dan etika terkait merupakan isu penting yang harus kita hadapi.
Seiring kemajuan teknologi, dapatkah kita memanfaatkan kekuatan ini secara bijak untuk menciptakan tanaman yang lebih baik tanpa mengganggu keseimbangan alam?