Pembelajaran konsep, yang juga dikenal sebagai pembelajaran kategori, akuisisi konsep, atau pembentukan konsep, adalah kemampuan dasar kognisi manusia. Menurut Bruner dkk., pembelajaran konsep adalah "pencarian dan pengujian properti yang dapat digunakan untuk membedakan antara contoh dan non-contoh dari setiap kategori." Singkatnya, konsep adalah kategori mental yang membantu kita mengkategorikan objek, peristiwa, atau ide berdasarkan pemahaman kita tentang setiap entitas individu berdasarkan karakteristik umum yang relevan. Karakteristik umum ini memperjelas batasan antara objek konkret dan ide abstrak.
Pembelajaran konsep adalah strategi yang mengharuskan pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok atau kategori yang berisi karakteristik yang terkait secara konseptual.
Proses akuisisi konsep umumnya bergantung pada lima kategori: definisi tugas, sifat contoh yang ditemui, sifat prosedur verifikasi, konsekuensi klasifikasi tertentu, dan batasan yang diberlakukan. Saat melakukan tugas pembelajaran konsep, manusia melakukan klasifikasi dengan melihat serangkaian objek contoh dan label kategorinya. Pembelajar menyederhanakan apa yang mereka amati dan meringkasnya dalam bentuk contoh. Versi konten yang disederhanakan ini kemudian diterapkan pada contoh-contoh selanjutnya saat pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran konsep dapat bersifat sederhana atau kompleks karena proses pembelajaran melibatkan banyak area. Jika suatu konsep sulit, tidak mudah bagi pembelajar untuk menyederhanakannya dan karenanya tidak mudah untuk dipelajari. Secara umum, tugas pembelajaran konsep dapat disebut sebagai pembelajaran dari contoh-contoh.
Sebagian besar teori pembelajaran konsep didasarkan pada penyimpanan contoh-contoh dan menghindari segala bentuk ringkasan atau abstraksi eksplisit.
Dalam pembelajaran mesin, teori pembelajaran ini juga diterapkan pada pelatihan program komputer. Proses pembelajaran konsep memerlukan penyimpulan fungsi bernilai Boolean dari contoh-contoh pelatihan. Setiap konsep memiliki dua komponen: properti dan aturan. Atribut adalah fitur yang menentukan apakah suatu contoh data termasuk dalam konsep tersebut, sementara aturan menunjukkan kombinasi atribut mana yang akan sesuai dengan contoh positif dari konsep tersebut.
Pembelajaran konseptual harus dibedakan dari mengingat sesuatu melalui ingatan atau membedakan antara keduanya. Meskipun kedua hal ini saling terkait erat, mengingat fakta dapat dipandang sebagai proses konseptual yang “sepele”, proses pembelajaran terkait erat dengan definisi konsep.
Konsep representasional adalah objek yang dapat dirasakan melalui indera dan kognisi seseorang, seperti kursi atau anjing. Konsep-konsep ini menjadi lebih konkret karena kata-kata yang digunakan dikaitkan dengan entitas yang nyata. Namun, konsep abstrak melibatkan emosi, ciri-ciri kepribadian,dan peristiwa. Misalnya, kata-kata seperti "fantasi" atau "dingin" lebih abstrak dalam konsep dan definisinya bervariasi tergantung pada pengalaman pribadi.
Konsep konkret umumnya lebih mudah diingat daripada konsep abstrak karena konsep tersebut berhubungan langsung dengan interaksi pribadi sebelumnya.
Pembelajaran konsep abstrak biasanya melibatkan topik-topik seperti emosi dan etika, dan pemahaman konsep-konsep ini bergantung pada aturan dan latar belakang perkembangan situasi. Misalnya, ketika memahami konsep dingin, konsep tersebut dapat merujuk pada suhu fisik lingkungan sekitar atau deskripsi perilaku dan kepribadian seseorang.
Dalam pendidikan dan pembelajaran, perolehan berbasis konsep merupakan pendekatan aktif untuk belajar. Oleh karena itu, rencana, metode, dan tujuan pembelajaran yang relevan dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan tertentu. Lebih jauh, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu konsep dapat difasilitasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa atribut utama dari konsep ini? Apa tujuan dari konsep ini? Apa saja contoh spesifik dari konsep tersebut?
Karena pembelajaran konsep dapat dipengaruhi oleh bias, banyak penelitian secara historis juga telah mengeksplorasi bagaimana fungsi konsep memengaruhi proses pembelajaran, dengan fokus pada fungsi eksternal. Saat membaca artikel dan penelitian ini, sangat penting untuk mengidentifikasi potensi bias dan menilai kualitasnya.
Tidak ada pernyataan umum yang dapat dibuat tentang pembelajaran konsep pada manusia (atau hewan) karena keragaman teori psikologi membuat pandangan pembelajaran konsep menjadi sangat kompleks. Dari psikologi perilaku hingga psikologi kognitif, banyak teori telah muncul dan jatuh sepanjang sejarah, tetapi pemahaman tentang bagaimana konsep dipelajari juga telah berkembang.
Misalnya, munculnya model jaringan saraf telah mematahkan cara tradisional dalam mengorganisasikan konsep dan memungkinkan kita untuk mengeksplorasi struktur pengetahuan lebih dalam.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, kita mulai memahami bahwa apakah kita menggunakan pembelajaran berbasis aturan, teori prototipe, atau teori contoh, ini hanyalah cara yang berbeda untuk mencoba memahami konsep dalam konteks yang lebih luas. Setiap metode dapat menangkap aspek-aspek tertentu dari proses pembelajaran, tetapi masing-masing memiliki keterbatasan.
Dengan kemajuan lebih lanjut dalam pembelajaran mesin dan ilmu perilaku, bagaimana penelitian di masa depan akan mengubah pemahaman kita tentang pembelajaran konsep manusia?