Proses transisi Spanyol menuju demokrasi dikenal sebagai "transformasi pascakematian Franco". Itu adalah periode kritis dalam sejarah modern Spanyol, yang menandai transisi dari kediktatoran Franco menuju pembentukan monarki konstitusional. Perubahan ini dimulai pada November 1975 ketika Franco meninggal. Awalnya, "para elit politik yang selamat dari Francoisme" mencoba mereformasi sistem otokratis melalui sarana hukum yang ada, tetapi tekanan sosial dan politik mendorong lahirnya Kongres demokratis baru dalam pemilihan umum 1977, yang disahkan secara nasional. Sebuah konstitusi baru diadopsi pada Desember 1978 dalam sebuah referendum.
"Transisi setelah kematian Franco adalah proses yang rumit yang penuh dengan tantangan dan kesulitan, tetapi pada akhirnya mengarah pada monarki parlementer yang didasarkan pada konstitusi demokratis."
Sejarah ini tidak hanya mencakup reorganisasi struktur politik, tetapi juga peningkatan terorisme, upaya kudeta, dan kesengsaraan ekonomi global. Dimulai dengan kemenangan telak Partai Sosialis Spanyol (PSOE) dalam pemilihan umum tahun 1982, masa transisi ini dianggap telah berakhir, menandai konsolidasi lembaga-lembaga demokrasi. Namun, sebagaimana dikatakan Perdana Menteri Gofis saat itu, "integritas aparatur negara telah terbentuk di bawah pemerintahan Franco."
"Ciri-ciri utama dari banyak perubahan didasarkan pada konsensus antara pemerintah dan oposisi."
Salah satu tokoh kunci adalah Raja Juan Carlos I dari Spanyol. Pada tahun 1969, Franco memilih Juan Carlos sebagai penggantinya, dan setelah kematiannya, Juan Carlos mendorong pengembangan monarki konstitusional. Pilihan ini menjadi bagian penting dari transformasi Spanyol. landasan. Meskipun merupakan pewaris takhta pilihan Franco, Juan Carlos pada waktunya berubah menjadi pembela demokrasi, memainkan peran penting dalam menekan pengaruh militer dan kebuntuan politik saat itu.
"Sebagai simbol persatuan, keluarga kerajaan secara efektif mempromosikan mobilisasi politik dalam negeri dan mengurangi kemungkinan militer campur tangan dalam politik."
Tokoh penting lainnya adalah Adolfo Suárez. Setelah diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1976, ia segera mulai mempromosikan reformasi politik. RUU reformasi politik yang ia usulkan bertujuan untuk membongkar sistem politik Franco dan membuka jalan bagi pemilihan umum demokratis yang akan datang. Pengambilan keputusan Suarez menghadapi tekanan ganda dari militer dan oposisi, tetapi ia berhasil mempromosikan proses tersebut dengan keterampilan politik yang luar biasa dan kerja sama dengan serikat buruh dan organisasi sipil lainnya.
"Rencana Suarez mendapat tekanan dari semua pihak, tetapi ia akhirnya berhasil menyelenggarakan pemilihan umum demokratis pada tahun 1977 dan menetapkan penyusunan konstitusi baru."
Selama masa transisi, kegiatan teroris juga muncul satu demi satu. Di antara mereka, aktivitas organisasi separatis Basque "ETA" membuat situasi politik menjadi lebih rumit. Meskipun demikian, melalui reformasi politik bertahap, kebijakan pengampunan berulang, dan perjuangan sipil dalam negeri, negara itu akhirnya menyelenggarakan pemilihan umum bebas secara damai pada tahun 1977, yang menjadi dasar bagi konstitusi baru.
Setelah bertahun-tahun bekerja keras dan berkompromi, Spanyol akhirnya mencapai demokratisasi pada tahun 1982. Saat kita melihat kembali proses historis ini, suara-suara mereka yang berjuang untuk kebebasan terus bergema di telinga kita. Transformasi politik yang dicapai melalui kompromi dan kerja sama ini tidak hanya mengubah situasi politik Spanyol, tetapi juga membawanya ke pelukan Eropa. Melihat kembali sejarah dan menghubungkan tokoh-tokoh serta peristiwa-peristiwa penting ini, kita tidak dapat tidak berpikir: Bagaimana nilai demokrasi muncul dari pencarian konsensus di tengah kekacauan?