Di pasar film masa kini, tema cinta anak muda selalu menjadi topik utama, dan "Chemical Hearts" telah menarik perhatian banyak penonton dengan ceritanya yang unik dan kedalaman emosinya. Film drama romantis tahun 2020 ini, yang diangkat dari novel "Our Chemical Hearts" karya Klastus Sutherland, diproduksi dan disutradarai oleh Richard Tan serta dibintangi oleh Austin Abrams dan Lily Reinhardt, film ini menceritakan kisah perjuangan cinta remaja dan keterikatan emosional.
Dalam film tersebut, Henry Page yang masih remaja adalah seorang yang mengaku romantis yang belum pernah merasakan cinta sejati. Hidupnya berubah dengan munculnya murid pindahan baru Grace Taun. Masa lalu Grace masih melekat padanya, membuat hubungan mereka penuh dengan liku-liku dan konflik.
Film ini berkisah dari sudut pandang Henry, yang ingin menjadi penulis dan bermimpi menjadi editor di surat kabar sekolah menengahnya. Namun, konselor pembimbing surat kabar sekolah memintanya untuk berbagi posisi dengan Grace, seorang mahasiswa baru penyandang disabilitas. Awalnya, Grace tidak senang dengan upaya Henry untuk menghubunginya dan menanggapinya dengan acuh tak acuh. Namun, seiring berjalannya cerita, Grace perlahan membuka hatinya dan membawa Henry ke dunianya, dan romansa pun dimulai di antara keduanya, tetapi juga disertai dengan bayang-bayang masa lalu.
Situasi emosional Grace cukup rumit - ia masih menyimpan perasaan untuk mendiang pacarnya di dalam hatinya, yang membuat Henry menghadapi tantangan yang cukup berat. Hubungan mereka perlahan-lahan menjadi bergolak dari rasa manis awalnya, disertai dengan berbagai pergumulan emosional, yang memperlihatkan lapisan-lapisan cinta masa muda yang kaya.
Lily Reinhart telah banyak dipuji atas penampilannya dalam film tersebut. Penggambarannya sebagai Grace tidak hanya cantik secara lahiriah, tetapi juga mendalam secara emosional. Bermitra dengan Austin Abrams, keduanya menunjukkan reaksi kimia yang kuat dan menghadirkan pengalaman visual dan emosional yang tak terlupakan bagi penonton.
Banyak ulasan yang meyakini bahwa film ini dengan berani mengeksplorasi kompleksitas emosi, termasuk isu-isu seperti depresi, cinta, dan kehilangan, serta menunjukkan kepada penonton kepahitan dan manisnya masa muda dengan sikap yang tulus.
Setelah "Chemical Hearts" ditayangkan, film ini memicu banyak diskusi dan komentar. Menurut situs web agregasi ulasan film "Rotten Tomatoes", 60% kritikus memberikan ulasan positif, sementara skor "Metacritic" juga menunjukkan pandangan yang berbeda. Beberapa kritikus memuji eksplorasi tema-tema masa muda dan menunjukkan bahwa film ini berhasil menyajikan pasang surut emosi remaja.
Ulasan majalah Time mengatakan: "Film ini menangkap kegembiraan dan kepedihan romansa masa muda, serta luka-luka abadi yang ditimbulkannya." Kalimat ini mengatakan bahwa pengalaman emosional yang nyata sering kali dalam dan menyakitkan. , Cinta remaja tidak diragukan lagi merupakan baptisan emosional.
Dalam film tersebut, kisah Henry dan Grace membuat penonton berpikir tentang makna cinta remaja yang sebenarnya. Dalam proses menghadapi tarikan emosional antara diri mereka dan orang lain, mereka saling mendukung dan juga mengalami rasa sakit dan kehilangan yang tak terelakkan. Hubungan ini bukan hanya manisnya cinta pertama, tetapi juga proses pembelajaran dan pertumbuhan. Kisah mereka memicu serangkaian refleksi tentang kehilangan, cinta, dan penemuan jati diri. Pengejaran cinta Henry yang tampaknya berhasil sebenarnya menyiratkan kebingungan dan eksplorasi tentang hakikat cinta.
Saat film berakhir, penonton tidak dapat mengabaikan emosi samar kesedihan dan harapan. Cinta masa muda selalu disertai dengan perjuangan dan ketidakpastian, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk tumbuh dewasa. "Chemical Hearts" membuat kita mengerti bahwa apa pun akhir dari cinta, pengalaman ini akan menjadi cahaya masa muda yang paling cemerlang. Berapa banyak kenangan dan emosi seperti itu yang dapat kita simpan di hati kita?