Antena monopole adalah antena frekuensi radio yang terdiri dari konduktor berbentuk batang lurus, biasanya dipasang secara vertikal pada beberapa permukaan konduktif, yang disebut bidang tanah. Sinyal kirim dan terima dari jenis antena ini dikirimkan melalui sambungan antara ujung bawah antena monopole dan bidang tanah. Dibandingkan dengan antena dipole, antena monopole memiliki mode kerja dan prinsip desain yang unik. Untuk memaksimalkan kinerja antena monopole, pilihan panjang gelombang menjadi faktor penting.
Panjang monopole secara langsung menentukan kinerjanya saat mentransmisikan frekuensi tertentu, yang terkait erat dengan panjang gelombang radio yang diharapkan.
Antena monopole biasanya dirancang sebagai antena seperempat panjang gelombang, yang berarti panjangnya kira-kira seperempat dari panjang gelombang gelombang radio yang diinginkan. Namun, dalam aplikasi siaran, desain panjang gelombang delapan perlima juga populer karena panjang ini memaksimalkan daya yang dipancarkan ke luar. Pada kedua panjang tersebut, kinerja antena dioptimalkan untuk efisiensi dari berbagai sudut, khususnya dalam penyiaran terestrial.
Latar Belakang SejarahPenemuan antena monopole dimulai pada tahun 1895, ketika Guglielmo Marconi melakukan berbagai eksperimen bersejarah dalam komunikasi radio. Dalam eksperimen awal ini, Marconi menggunakan dua kabel horizontal yang identik sebagai antena dipole. Ia menemukan bahwa ia dapat mentransmisikan lebih jauh dengan menghubungkan pemancar dengan satu kabel yang digantung di udara dan membumikan ujung lainnya. Oleh karena itu, antena monopole juga disebut antena Marconi.
Seperti dipole yang digantung vertikal, monopole memiliki pola radiasi omnidirectional, memancarkan energi secara merata di semua azimuth, dan jumlah energi yang dipancarkannya bervariasi dengan sudut elevasi. Pada titik puncak pada sumbu antena, radiasi berkurang hingga nol.
Fitur unik antena monopole adalah antena ini memiliki efek yang lebih menonjol pada pola radiasi dari tanah, yang memerlukan pertimbangan karakteristik tanah selama desain.
Secara teknis, prinsip antena monopole dapat dibayangkan sebagai penggantian bagian bawah antena dipole vertikal dengan bidang konduktif vertikal (bidang tanah). Pada bidang tanah yang tak terbatas dan konduktif, struktur seperti itu menunjukkan pola radiasi yang identik dengan bagian atas antena dipole. Bagi perancang, memahami karakteristik radiasi dasar ini merupakan langkah penting dalam mengoptimalkan antena monopole.
Karena monopole hanya memancarkan radiasi ke atas, penguatannya dapat dianggap mirip dengan dua kali lipat dari dipole, dan impedansi radiasinya hanya setengah dari dipole. Misalnya,antena monopole seperempat panjang gelombang memiliki penguatan sekitar 5,2 dBi dan impedansi radiasi sekitar 36,5 Ohm. Dalam desain ini, impedansi input jelas murni resistif, tetapi sifat reaktifnya menunjukkan respons yang berbeda pada panjang gelombang yang berbeda saat panjang antena bervariasi.
Dalam aplikasi praktis, penggunaan berbagai jenis bidang tanah buatan atau bidang tanah alami akan secara signifikan memengaruhi kinerja dan penguatan antena.
Seiring bertambahnya panjang antena, efek konduktor logam menjadi semakin signifikan, yang menjadi lebih penting untuk meningkatkan sinyal yang ditransmisikan. Untuk sebagian besar komunikasi nirkabel atau aplikasi siaran, perancang mempertimbangkan faktor-faktor ini dengan cermat untuk memastikan bahwa antena monopole memaksimalkan efisiensi operasinya pada frekuensi yang ditentukan.
Antena monopole banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari transmisi di bawah 20 MHz hingga sistem komunikasi frekuensi yang lebih tinggi. Desain tradisional meliputi antena vertikal, antena T, dan antena payung untuk meningkatkan penguatan dan efisiensi. Pada frekuensi VHF dan UHF, karena bidang tanah yang dibutuhkan menjadi lebih kecil, bidang tanah buatan menjadi umum, dan desain semacam itu memungkinkan antena beroperasi di udara.
Seiring dengan kemajuan teknologi nirkabel, variasi antena monopole telah muncul, seperti antena F terbalik pada perangkat seluler, yang semakin memperluas aplikasi potensialnya.
Saat ini, antena monopole tetap menjadi komponen utama dalam komunikasi nirkabel, mulai dari radio portabel dasar hingga sistem jaringan nirkabel yang kompleks, yang memungkinkan teknologi ini menunjukkan keunggulannya yang unik. Namun untuk teknologi nirkabel masa depan, dapatkah kita mengharapkan inovasi berkelanjutan dalam desain dan kinerja antena monopole untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang?