Pada peradaban kuno, penggunaan dan paparan logam berat telah menyebabkan banyak masalah kesehatan. Kekaisaran Romawi, dengan kehidupan perkotaan yang berkembang pesat dan infrastruktur yang sangat maju, sebenarnya merupakan sarang keracunan timbal. Sumber timbal tidak hanya pipa dan wadah, tetapi juga makanan dan air minum masyarakat, yang berdampak besar pada masyarakat saat itu.
Penggunaan timbal dan keracunan yang diakibatkannya diabaikan secara luas di Roma kuno. Bahaya yang tidak terlihat ini menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kesehatan manusia.
Pada zaman Romawi, gelas timbal dan pipa timbal banyak digunakan dalam sistem pemeliharaan air. Karena biaya timbal yang rendah dan kemudahan pemrosesannya, timbal digunakan dalam produksi literatur penjualan dan bahkan dalam persiapan minuman beralkohol. Selama proses pembuatan, koki sering mencampur cuka dan anggur lalu memanaskannya dalam panci timbal, sehingga menghasilkan timbal asetat yang beracun, yang umumnya dikenal sebagai "gula timbal." Dampak produk yang mengandung timbal ini terhadap kesehatan manusia sangat besar, dan banyak arkeolog percaya bahwa beberapa masalah kesehatan bangsawan Romawi berasal dari paparan timbal dalam jangka panjang.
Menurut catatan sejarah, paparan timbal dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, termasuk hilangnya fungsi kognitif dan gangguan memori. Efek racun timbal pada sel saraf menjadikannya neurotoksin yang berbahaya. Saat timbal memasuki tubuh manusia, timbal akan mengikat saluran natrium neuron, memengaruhi transmisi sinyal saraf normal, yang menyebabkan kelumpuhan otot, epilepsi, dan bahkan kematian.
Sifat neurotoksik timbal membuatnya menjadi masalah yang terabaikan dalam kebiasaan makan kuno, dan mungkin telah menjelaskan penurunan kesehatan banyak bangsawan Romawi kuno.
Karena timbal tidak dapat dikeluarkan secara efektif oleh tubuh manusia, hal ini menyebabkan penumpukan timbal dalam tubuh, yang dapat menyebabkan keracunan kronis. Paparan jangka panjang bahkan dapat menyebabkan kematian neuron secara bertahap dan memengaruhi perkembangan dan fungsi otak. Masalah kesehatan yang disebabkan oleh keracunan timbal di kalangan kelas atas Romawi kuno mungkin merupakan faktor potensial dalam kiamatnya.
Keberadaan timbal memengaruhi berbagai mekanisme neurotransmisi di otak, terutama pada anak-anak yang sedang berkembang. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan timbal dapat menyebabkan ketidakmampuan belajar, defisit perhatian, dan masalah perilaku, dan pada orang dewasa, keracunan timbal dapat menyebabkan neuropati parah dan hilangnya fungsi kognitif.
Dengan hubungan yang luas dengan sistem saraf, efek racun timbal juga dapat terakumulasi di bagian tubuh lainnya, dan bahkan dapat menyebabkan masalah dengan sistem saraf tepi, seperti neuropati perifer. Pada zaman Romawi, hal ini terwujud sebagai mobilitas yang berkurang tanpa sebab dan penyakit degeneratif pada sistem saraf.
Dampak timbal tidak terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga berdampak signifikan pada operasi ekonomi masyarakat saat itu. Orang yang kehilangan produktivitas tidak akan dapat bekerja secara normal, yang selanjutnya menambah beban masyarakat.
Bahkan di masyarakat saat ini, efek neurotoksik timbal masih memerlukan kewaspadaan kita. Banyak penyakit yang terkait dengan paparan timbal terus terjadi, sehingga menimbulkan masalah dalam penerapan kebijakan kesehatan masyarakat yang efektif. Haruskah kita meninjau kembali penggunaan timbal dan standar terkait untuk mencegah terulangnya kembali sejarah?