Kesehatan usus baru-baru ini menjadi fokus banyak penelitian kesehatan, terutama bagaimana mikrobioma usus memengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan. Mikrobioma usus terdiri dari puluhan ribu mikroorganisme yang hidup di usus kita dan memengaruhi pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan bahkan suasana hati. Perubahan mikroorganisme usus dapat berdampak besar pada kesehatan manusia, yang menyebabkan serangkaian penyakit kronis.
Usus biasanya menunjukkan beberapa tingkat permeabilitas, yang memungkinkan nutrisi masuk dari usus ke dalam tubuh sambil mempertahankan fungsi penghalang untuk mencegah masuknya zat berbahaya.
Permeabilitas usus mengacu pada kemampuan sel dinding usus untuk mengendalikan zat. Dalam keadaan normal, permeabilitas usus memungkinkan molekul kecil (seperti nutrisi dan air) untuk melewatinya, sambil mencegah masuknya molekul besar dan zat berbahaya. Namun, ketika permeabilitas usus meningkat secara tidak normal, hal itu dapat menjadi akar penyebab penyakit kronis dan kondisi peradangan tertentu.
Penghalang epitel usus memisahkan lingkungan eksternal (isi lumen usus) dari lingkungan internal dan merupakan salah satu permukaan mukosa yang paling luas dan penting dalam tubuh manusia. Epitel usus tidak hanya menghalangi invasi zat berbahaya, tetapi juga secara selektif memungkinkan nutrisi yang bermanfaat masuk ke dalam tubuh.
Permeabilitas selektif usus beroperasi melalui jalur transportasi khusus yang secara selektif mengangkut zat terlarut.
Sel mikrofold (sel M) di usus halus memainkan peran penting dalam proses ini. Mereka dapat menangkap bakteri dan antigennya di rongga usus dan mengangkutnya ke jaringan limfoid di bawahnya untuk pengenalan dan respons lebih lanjut.
Pengaturan permeabilitas ususPermeabilitas usus dapat diatur oleh berbagai faktor. Di antaranya, keberadaan bahan makanan seperti gluten dapat memengaruhi permeabilitas usus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein alkohol dalam gluten dapat mendorong sel-sel usus untuk melepaskan protein yang terstruktur longgar, sehingga membuka sambungan ketat antarsel untuk memungkinkan molekul kecil masuk. Selain itu, infeksi bakteri, stres, dan obat-obatan tertentu juga dapat memengaruhi struktur sambungan ketat dan fungsi usus.
Pentingnya KlinisMeskipun banyak orang tidak mengalami gejala yang nyata, peningkatan permeabilitas usus dapat menjadi faktor penyebab berbagai penyakit. Faktanya, banyak penyakit yang diketahui seperti penyakit celiac, sindrom iritasi usus besar, diabetes, dan penyakit autoimun terkait erat dengan peningkatan permeabilitas usus.
Dalam kasus penyakit celiac, peningkatan permeabilitas usus sering kali disebabkan oleh respons imun yang tidak normal terhadap gluten.
Ketika penghalang usus rusak, respons peradangan yang terus-menerus di usus dapat memperburuk peningkatan permeabilitas, membentuk lingkaran setan yang memungkinkan banyak penyakit sistemik berkembang.
Saat ini, beberapa cara yang memungkinkan untuk meningkatkan permeabilitas usus juga telah menarik perhatian para peneliti, termasuk suplementasi glutamin, prebiotik, dan probiotik khusus. Obat-obatan seperti larazolone, yang sedang dieksplorasi dalam uji klinis, telah terbukti membantu mengurangi permeabilitas usus yang disebabkan oleh gluten saat menjalani diet bebas gluten.
Yang disebut "sindrom usus bocor" adalah kondisi hipotetis yang belum banyak diakui oleh komunitas medis. Beberapa ahli gizi dan praktisi pengobatan alternatif menganjurkan bahwa memulihkan fungsi usus normal dapat mengobati berbagai masalah kesehatan, tetapi tidak ada bukti ilmiah yang dapat diandalkan untuk mendukung klaim ini.
Dalam kondisi fisiologis normal, intensitas dan frekuensi olahraga juga dapat mengatur fungsi penghalang usus. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam komunitas mikroba usus, sehingga memengaruhi kesehatan.
Kesehatan usus Anda berkaitan erat dengan komunitas mikroba dalam tubuh Anda. Apakah hal ini membuat Anda memikirkan kembali gaya hidup dan kebiasaan makan Anda?