Lobus temporal adalah salah satu dari empat lobus utama korteks serebral mamalia. Lobus ini terletak di bawah fisura Sylvian otak dan dapat ditemukan di kedua hemisfer kranial. Lobus temporal memainkan peran penting dalam memproses masukan sensorik, mempertahankan memori visual, memahami bahasa, dan menghubungkan dengan emosi. Lobus temporal mengandung banyak struktur yang penting untuk memori deklaratif atau jangka panjang, terutama proses pembentukan dan penyimpanan memori.
Lobus temporal meliputi pembentukan hipokampus, korteks temporal superior, korteks parahipokampus, dan korteks entorhinal, yang merupakan kunci pembentukan memori jangka panjang.
Salah satu struktur utama lobus temporal adalah hipokampus, yang penting untuk pembentukan memori. Korteks temporal di sekitarnya dianggap terlibat dalam penyimpanan memori. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika hipokampus monyet rusak, gangguan fungsional terbatas, sedangkan kerusakan yang luas bersama dengan korteks temporal medial dapat menyebabkan gangguan fungsional yang parah. Ketika epilepsi terjadi di lobus temporal, sering disebut epilepsi lobus temporal lateral.
Lobus temporal menunjukkan fungsi yang kuat dalam pemahaman bahasa, terutama dalam pengenalan ucapan, yang menjadi fokus banyak penelitian.
Pada manusia, daerah lobus temporal sangat penting untuk pemahaman semantik bahasa. Di antara mereka, area Wernicke terletak di persimpangan lobus temporal dan lobus parietal dan terutama bertanggung jawab untuk pemahaman bahasa lisan dan isyarat. Pencitraan resonansi magnetik fungsional (FMRI) menunjukkan bahwa daerah otak ini aktif saat memproses bahasa, yang menunjukkan bahwa mereka berperan dalam proses pembelajaran bahasa anak-anak apakah mereka mendengar bahasa lisan, menonton bahasa isyarat, atau menyentuh bahasa isyarat taktil.
Fungsi sisi kiri lobus temporal tidak terbatas pada persepsi tingkat rendah, tetapi juga meluas ke tingkat pemahaman, penamaan, dan memori verbal.
Setelah kerusakan pada lobus temporal, banyak masalah neurologis yang berbeda dapat terjadi. Misalnya, kerusakan lobus temporal unilateral dapat mengakibatkan cacat bidang visual bagian atas dan halusinasi kompleks, sedangkan pada hemisfer dominan dapat menyebabkan gejala seperti afasia reseptif, afasia Wernicke, dan kesulitan penamaan. Di sisi lain, pada hemisfer non-dominan, ketidakmampuan untuk membentuk segala bentuk memori non-verbal yang disertai dengan gangguan keterampilan musik juga umum terjadi.
Cedera pada lobus temporal dapat menyebabkan gangguan memori dan bahasa yang parah, yang memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang.
Gangguan seperti penyakit Pick, epilepsi, dan skizofrenia semuanya terkait dengan fungsi abnormal pada lobus temporal. Jika neuron di lobus temporal menunjukkan aktivitas abnormal, seseorang mungkin mengalami halusinasi sensorik atau gangguan bicara. Gangguan ini bukan sekadar hilangnya persepsi, tetapi gangguan pada kemampuan internal untuk menginterpretasikan persepsi tersebut.
Cedera yang berbeda pada lobus temporal dapat menyebabkan gejala dan defisit kognitif yang berbeda, seperti kondisi seperti prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah).
Dengan kemajuan pesat teknologi ilmu saraf, penelitian tentang lobus temporal berkembang ke arah yang lebih mendalam, seperti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (FMRI) untuk lebih memahami peran spesifiknya dalam pemrosesan bahasa dan pembentukan memori. Pada saat yang sama, penelitian ini juga dapat membantu mengembangkan perawatan yang lebih efektif untuk mengatasi gangguan bahasa dan memori yang disebabkan oleh kerusakan lobus temporal dan penyakit terkait.
Fungsi lobus temporal dan dampaknya terhadap pemahaman bahasa tidak dapat diremehkan. Bagaimana penelitian masa depan akan mengungkap lebih banyak rahasia tentang area otak utama ini?