Darah merupakan komponen tubuh manusia yang sangat penting. Darah tidak hanya membawa oksigen, tetapi juga berperan penting dalam mengangkut nutrisi dan mengeluarkan limbah. Namun, ketika darah hilang dari pembuluh darah, baik pendarahan internal maupun eksternal, darah dapat mengalami kondisi medis yang serius. Dalam artikel ini, kita akan membahas bahaya kehilangan darah dan berbagai penyebab pendarahan.
Pendarahan, hemoragi, dan kehilangan darah merupakan proses keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak.
Menurut definisi, pendarahan dapat terjadi secara internal (seperti kerusakan organ dalam) atau eksternal (melalui luka pada kulit atau lubang alami seperti mulut, hidung, dll.). Kehilangan darah yang parah dapat menyebabkan hipovolemia dan bahkan kematian, suatu kondisi yang disebut eksanguinasi.
Kehilangan darah sering dibagi menjadi beberapa jenis untuk lebih memahami dampaknya terhadap kesehatan. Misalnya:
Penyebab pendarahan dapat dibagi menjadi cedera traumatis dan kondisi medis yang mendasarinya. Mekanisme pendarahan bervariasi tergantung pada situasinya:
Pendarahan traumatis disebabkan oleh cedera, yang dapat mencakup lecet, luka sayat, luka sayat, atau luka tusuk.
Ketika benda eksternal memberi tekanan pada kulit atau menyebabkan kerusakan, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan pendarahan internal. Cedera ini terkadang sulit dideteksi dengan segera, dan pendarahan dari organ dalam mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas di permukaan.
Pendarahan medis disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya, seperti tekanan darah tinggi atau faktor pembekuan darah yang tidak mencukupi.
Beberapa pasien memiliki kondisi medis seperti hemofilia dan penyakit Von Willebrand yang membuat mereka lebih rentan terhadap pendarahan. Kondisi ini mengganggu hemostasis normal pasien, yang menyebabkan bahkan cedera ringan menyebabkan pendarahan berkepanjangan.
Menurut panduan Advanced Trauma Life Support (ATLS) dari American College of Surgeons, pendarahan dapat dibagi menjadi empat tingkat:
Kelas I
: Kehilangan hingga 15% HP, biasanya tidak memengaruhi tanda-tanda vital. Kelas II
: Kehilangan 15-30% volume darah, yang dapat menyebabkan peningkatan detak jantung dan perubahan tekanan darah. Kelas III
: Kehilangan 30-40% volume darah, pasien memerlukan transfusi darah dan resusitasi cairan. Kelas IV
: Kehilangan lebih dari 40% kesehatan merupakan situasi yang mengancam jiwa. Untuk menanggapi kondisi ini secara efektif, penanganan medis yang cepat sangatlah penting. Untuk pendarahan akut akibat trauma, tekanan langsung atau penggunaan torniket biasanya diperlukan.
Memahami risiko dan penanganan kehilangan darah akan membantu meningkatkan kesadaran keselamatan dan perilaku sehat masyarakat untuk menjaga keselamatan diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka. Bagaimana kita dapat mencegah dan menangani kehilangan darah dengan lebih baik di masa mendatang?