Ribuan tahun yang lalu, orang-orang kuno melakukan prosedur pembedahan menakjubkan yang disebut "trepanasi." Inti dari pembedahan ini adalah mengebor lubang di tengkorak untuk menghilangkan tekanan internal atau mengobati masalah kesehatan tertentu. Seiring pemahaman tentang pembedahan ini terus mendalam, komunitas ilmiah secara bertahap menyadari bahwa dampaknya terhadap pengobatan Barat jauh lebih besar daripada yang dibayangkan orang, dan latar belakang sejarah dan budayanya dapat memungkinkan kita untuk lebih memahami evolusi pengobatan manusia.
Pada zaman prasejarah, kraniotomi mungkin merupakan prosedur pembedahan tertua, dengan bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat ditelusuri kembali ke sekitar 7.000 tahun yang lalu, atau bahkan lebih awal.
Menurut penelitian oleh para arkeolog, kraniotomi sangat umum di Eropa prasejarah, terutama pada saat manusia sangat kurang memahami penyakit dan rasa sakit fisik, dan banyak budaya menganggap masalah ini sebagai pengaruh roh jahat. Sering kali, pembedahan dilakukan dalam keadaan sadar, yang mengejutkan; dalam beberapa kasus kematian, jejak penetrasi kranial ditemukan, dan tujuan spesifik pembedahan pada saat itu belum dapat ditentukan sejauh ini. Namun, bagi sebagian orang, hubungan dengan kesehatan mental mungkin lebih penting.
"Dalam beberapa budaya, orang percaya bahwa mengebor lubang di tengkorak dapat melepaskan roh jahat yang menjadi sumber penyakit."
Pandangan seperti itu didokumentasikan dalam literatur medis Barat dan Tiongkok kuno. Misalnya, dokter Yunani kuno Hippocrates menggambarkan proses kraniotomi secara rinci dan percaya bahwa itu sangat efektif dalam mengobati penyakit mental seperti epilepsi. Di Tiongkok pada saat itu, tercatat juga bahwa jenis pembedahan ini digunakan untuk meditasi dan penyembuhan spiritual, yang mencerminkan pemahaman mendalam orang-orang tentang tubuh dan jiwa serta hubungan mereka yang saling terkait.
Dan sejarah pembedahan ini tidak terbatas pada pengobatan cedera kepala. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa di situs pemakaman Prancis pada Zaman Neolitikum, ditemukan 40 dari 120 tulang manusia dengan bekas perforasi pada tengkoraknya. Hal ini menunjukkan bahwa operasi tersebut cukup populer saat itu, dan proporsi yang selamat hanya 40%. Hal ini memicu minat di kalangan arkeolog dan sejarawan medis, yang terus mengeksplorasi pentingnya teknologi ini dalam masyarakat kuno.
"Para arkeolog telah menggali lebih dari 1.500 tengkorak kraniotomi dari berbagai daerah. Bukti ini menunjukkan keberadaan dan pentingnya kraniotomi dalam berbagai budaya."
Selama Abad Pertengahan di Eropa, kraniotomi masih banyak digunakan di beberapa daerah. Meskipun ada kemajuan dalam pengetahuan dan teknologi medis, orang-orang masih percaya bahwa operasi ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun, tidak semuanya baik, karena tanpa teknik yang steril, operasi ini terkadang dapat menyebabkan infeksi serius dan komplikasi lainnya. Pada abad ke-16 dan ke-17, tingkat keberhasilan dokter mencapai hampir 80%, yang menunjukkan peningkatan bertahap dalam standar medis.
Seiring berjalannya waktu, pemahaman kedokteran modern tentang kraniotomi telah berubah. Operasi saat ini sebagian besar menggunakan teknologi dan peralatan yang lebih canggih, seperti kraniotomi, alih-alih kraniotomi tradisional. Ini juga berarti bahwa tingkat keberhasilan operasi dan tingkat kelangsungan hidup pasien meningkat pesat. Evolusi ini mencerminkan kemajuan berkelanjutan komunitas medis, dari prosedur bedah primitif hingga teknologi canggih saat ini, setiap langkah mengubah takdir umat manusia.
“Dengan perkembangan teknologi diagnostik dan metode bedah modern, kraniotomi telah berubah menjadi metode medis yang lebih aman dan lebih efektif.”
Saat ini, kraniotomi atau "bor tengkorak" terutama digunakan untuk mengobati pendarahan intrakranial dan memantau tekanan intrakranial. Kemajuan dalam teknologi ini telah mengurangi risiko pembedahan secara signifikan, dan pemulihan pasien pun terjamin secara lebih efektif. Namun, bagi sebagian orang yang meyakini manfaat luar biasa dari kraniotomi, praktik sukarela prosedur ini masih kontroversial karena kurangnya bukti ilmiah yang mendukung manfaat psikologis dan fisiologis yang diklaimnya.
Menghadapi sejarah medis yang tidak biasa ini, ketika kita menengok kembali evolusi kraniotomi, kita jadi berpikir: Apa dampak terbesar dari pembedahan kuno ini terhadap perawatan medis modern?