Proses yang tampaknya tak terlihat tetapi penting terjadi secara diam-diam dalam sistem pencernaan kita: aktivitas otot yang dikenal sebagai peristalsis. Gerakan ini bekerja seperti gelombang, mengoordinasikan setiap bagian usus dan mendorong potongan-potongan makanan yang mungkin tidak pernah kita duga akan bergerak dengan lancar di sepanjang usus. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi proses fisiologis misterius ini dan cara kerjanya di dalam tubuh kita.
Peristalsis adalah pola gerakan usus yang menampilkan kontraksi dan relaksasi simetris. Fungsi utama dari proses ini adalah untuk mendorong bolus makanan (bola yang terbentuk saat menelan, disebut bolus) dan akhirnya mengubahnya menjadi produk pencernaan akhir - chyme.
Peristalsis didefinisikan sebagai "kontraksi dan relaksasi otot yang mendorong tubuh maju dalam pola seperti gelombang melalui sebuah tabung."
Dalam tubuh manusia, peristalsis paling sering terjadi dalam sistem pencernaan, khususnya esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Di esofagus, setelah makanan masuk, otot polos berkontraksi di belakang makanan untuk mencegah makanan kembali dan dengan cepat mendorong makanan ke dalam lambung melalui serangkaian gelombang kontraksi berirama searah.
Di esofagus, gelombang peristaltik utama mendorong makanan ke dalam lambung dalam waktu 8-9 detik, dan gelombang tersebut terus berlanjut bahkan jika makanan tidak mencapai lambung dalam waktu tersebut.
Peristalsis kerongkongan terbagi menjadi gelombang primer dan sekunder. Gelombang primer dimulai saat makanan ditelan, dan jika makanan tidak dapat turun dengan lancar, gelombang sekunder akan mendorongnya ke depan. Dalam beberapa kasus, gelombang ini dapat dipicu oleh gesekan yang tidak cukup dari makanan, terus berjalan hingga makanan berhasil masuk ke lambung.
Setelah makanan melewati kerongkongan dan masuk ke lambung, pola gerakan usus semakin dalam. Saat gelombang mencapai sfingter kardiak lambung yang tertutup, sfingter ini terbuka, memungkinkan makanan masuk ke lambung dengan aman dan bercampur dengan asam lambung untuk membentuk chyme, suatu proses yang sangat mendukung pencernaan makanan.
Peristalsis lambung memungkinkan makanan tercampur sepenuhnya dengan asam lambung, yang akan memperlancar pencernaan dan melepaskan kimus ke dalam usus halus secara berkala.
Gelombang peristaltik di usus halus sedikit berbeda, yang utamanya adalah mencampur daripada mendorong makanan. Ini berarti bahwa tujuan utama usus halus adalah mencerna dan menyerap nutrisi sepenuhnya, bukan hanya mendorong makanan lebih jauh. Setelah usus halus, kimus yang dihasilkan akan didorong ke dalam usus besar, di mana gerakan kontraksi utamanya adalah gerakan massa yang kasar, dan fungsi utamanya adalah mendorong kotoran ke dalam rektum.
Selain sistem pencernaan, prinsip peristaltik juga hadir dalam proses fisiologis lainnya. Misalnya, mekanisme peristaltik serupa digunakan dalam sistem limfatik untuk memperlancar aliran limfa. Tentu saja, mekanisme ini juga ditemukan pada hewan lain. Misalnya, cacing tanah dapat bergerak dengan cara menggeliat. Hal ini tidak hanya tercermin dalam biologi, tetapi juga diadopsi oleh desain mekanis modern.
Dalam bidang mekanis, konsep serupa digunakan dalam beberapa perangkat, seperti pompa peristaltik. Pompa ini mampu mendorong cairan dengan cara memampatkan pipa fleksibel dan juga mencegah cairan bersentuhan dengan komponen mekanis, yang sangat penting dalam aplikasi medis atau kimia.
Secara umum, gerakan peristaltik, yang tampaknya merupakan proses fisiologis biasa, sebenarnya mengandung mekanisme yang mendalam dan canggih. Gerakan peristaltik memainkan peran yang sangat penting baik dalam mendorong makanan secara efektif maupun dalam mengoordinasikan fungsi fisiologis. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apakah kita tidak lagi memperhatikan proses tersembunyi ini dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana proses tersebut secara diam-diam memengaruhi kesehatan dan gaya hidup kita?