Proses penambangan uranium melibatkan berbagai teknik untuk mengekstraksi bijih uranium dari dalam tanah. Pada tahun 2019, produksi uranium global melampaui 50.000 ton, di mana Kazakhstan, Kanada, dan Australia menyumbang 68% dari produksi global. Teknologi penambangan uranium dan latar belakang sejarah di balik negara-negara ini mengungkap sebuah kisah yang telah lama tidak diketahui.
Hampir semua uranium ditambang untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga nuklir, dengan hanya sejumlah kecil yang digunakan untuk aplikasi lain.
Uranium ditambang dengan dua cara utama: pelindian in-situ dan penambangan bawah tanah atau tambang terbuka konvensional. Dalam penambangan in situ, larutan pelindian dipompa ke dalam endapan uranium untuk melarutkan bijih uranium sebelum cairan yang mengandung uranium dipompa kembali ke permukaan untuk diproses. Dalam penambangan tradisional, bijih dihancurkan dan dilindi secara kimia untuk mengekstraksi senyawa uranium. Hasil dari pengolahan ini biasanya berupa bubuk kering yang disebut "yellowcake", dan biaya serta manfaat dari proses ini berfluktuasi sesuai dengan permintaan pasar.
Sejarah penambangan uranium dapat ditelusuri kembali ke abad ke-18. Pada tahun 1789, ahli kimia Jerman Martin Heinrich Klaproth menemukan uranium untuk pertama kalinya, yang menandai dimulainya penggunaan uranium secara komersial. Seiring berjalannya waktu, banyak penemuan uranium penting telah muncul, seperti Tambang Sinkolobwe di Afrika Tengah dan Tambang Central City di Amerika Serikat, yang secara bertahap menjadi lokasi penting untuk penambangan uranium.
Tambang uranium terbesar di dunia terletak di Olympic Dam, dan endapannya memiliki cadangan yang sangat besar.
Dengan berakhirnya Perang Dunia II, permintaan uranium meningkat pesat. Proyek Manhattan di Amerika Serikat membutuhkan uranium dalam jumlah besar, dan dengan latar belakang ini, tambang uranium di wilayah pendudukan Jerman juga dikembangkan. Dengan latar belakang di atas, permintaan dan pasokan uranium saling memengaruhi dan membentuk lanskap pasar uranium saat ini.
Deposit uranium yang diketahui saat ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, termasuk deposit kasiterit terputus-putus, deposit uranium batu pasir, dan deposit runtuhan. Keberadaan tambang uranium ini tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan geologis, tetapi juga terkait erat dengan kemajuan teknologi eksplorasi.
Eksplorasi uranium biasanya bergantung pada instrumen profesional, seperti detektor sinar gamma, untuk prediksi dan penilaian. Seiring kemajuan teknologi, eksplorasi uranium menjadi lebih tepat, sementara dampak lingkungan dari proses penambangan semakin mendapat perhatian.
Untuk penambangan uranium di masa mendatang, apakah inovasi teknologi akan memungkinkan penambangan uranium yang sebelumnya tidak dapat ditambang?
Singkatnya, tambang uranium terbesar di dunia bukan hanya simbol lokasi geografis, tetapi juga evolusi historis yang mengakar kuat di hati masyarakat. Proses penambangan uranium terus berlanjut hingga saat ini, memengaruhi setiap aspek pasokan energi dunia. Dengan kemajuan teknologi, dapatkah penambangan dan pemanfaatan uranium memberi kita lebih banyak kemungkinan di masa depan?