Maquia: When the Promised Flower Blooms adalah film animasi penuh emosi yang dirilis di Jepang pada tahun 2018 dan merupakan film fitur perdana oleh sutradara Mari Okada. Film ini menceritakan kisah tentang bagaimana Maquia, seorang gadis dengan kekuatan khusus, melarikan diri dari perang dan membesarkan seorang anak laki-laki manusia bernama Ariel sendirian. Dalam cerita latarnya, Maquia berasal dari ras yang disebut Iorph, yang dapat hidup selama ratusan tahun dan memiliki kemampuan misterius untuk terus menua. Menghadapi ancaman perang, perjalanan Maquia dipenuhi dengan tantangan, cinta, dan kehilangan.
Cerita dimulai di kampung halaman Maquia, sebuah desa yang terisolasi dari dunia luar. Orang-orang Iorph menjalani kehidupan yang damai dan mencatat perjalanan waktu dengan menenun Hibiol. Namun ketika mezarte tetangga melancarkan serangan, Maquia menunjukkan ketahanan bahkan dalam keadaan putus asa.
Maquia terbangun setelah diserang. Ia menemukan seorang bayi yang lahir dari seorang ibu yang telah meninggal dan tanpa ragu mengadopsinya sebagai putranya sendiri, dan menamainya Ariel. Mereka pun memulai hidup baru. Hubungan ibu-anak antara Maquia dan Ariel memungkinkan penonton merasakan kebesaran cinta seorang ibu.
Seiring berjalannya cerita, Maquia dan Ariel mengalami berbagai tantangan dan kesulitan. Menghadapi penerimaan dan penolakan dari masyarakat manusia, Maquia berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Ariel, tetapi seiring berjalannya waktu, ia merasakan jurang pemisah yang semakin dalam di antara mereka. Terutama saat Ariel tumbuh dewasa, jurang pemisah antara dirinya dan Maquia menjadi semakin jelas, dan ia menjadi bingung tentang identitasnya sendiri dan status sosial ibunya.
Ada kalimat yang menyentuh dalam film tersebut: "Cinta adalah kekuatan yang dahsyat." Ini bukan hanya keyakinan Maquia, tetapi juga kekuatan pendorong untuk perjuangannya yang berkelanjutan. Bahkan dalam keputusasaan, ia tidak pernah menyerah untuk berharap akan perpisahan dan kelahiran kembali.
Saat menghadapi bahaya eksternal dan pergumulan internal, kisah Maquia juga mengungkap kerapuhan hidup dan harapan abadi. Seiring berjalannya cerita, Maquia harus membuat pilihan sulit, terutama saat mengetahui bahwa mantan sahabatnya, Leilia, dipaksa menikah dengan orang yang tidak bahagia, dan ia memutuskan untuk memulai perjalanan untuk menyelamatkannya. Dalam prosesnya, ia tidak hanya harus menyelamatkan Leilia, tetapi ia juga harus melindungi putranya sendiri, Ariel, yang membuat cerita ini semakin mendalam secara emosional.
Klimaks film ini berfokus pada perpisahan dan reuni Maquia dan Ariel, yang sepenuhnya menunjukkan tema cinta yang mendalam antara ibu dan anak. Dengan berakhirnya perang dan serangkaian pilihan yang menyakitkan, Maquia terus tumbuh di bawah tekanan hidup, dan akhirnya ia kembali ke kampung halamannya. Semua upaya dan pengorbanan ini telah menjadi kenangan yang tak terlupakan di hatinya.
Dalam penutup yang mengharukan, Maquia bertemu kembali dengan Ariel yang sudah tua, dan ikatan yang erat antara keduanya menambah harapan pada kisah tragis ini.
Film ini lebih dari sekadar kisah petualangan; film ini mengeksplorasi isu-isu mendalam tentang cinta, identitas, dan eksistensi seorang ibu. Maquia, sebagai seorang ibu, menunjukkan kekuatan wanita yang tak tergoyahkan dan keberanian mereka untuk menghadapi tantangan hidup. Hubungan ibu-anak ini sangat menyentuh hati para penonton.
Melalui animasi yang indah dan musik yang mengharukan, kisah Maquia tidak diragukan lagi telah menggema di hati para penonton di seluruh dunia. Musik film ini digubah oleh komposer terkenal Kenji Kawai, yang melengkapi dan meningkatkan ekspresi emosi.
Dengan keberhasilan film ini di kancah film internasional, Maquia: When the Promised Flower Blooms tidak hanya meraih hasil yang baik di box office, tetapi yang lebih penting, meninggalkan kesan yang mendalam di hati para penonton. Banyak orang memberikan ulasan positif terhadap film ini, dengan mengatakan bahwa film ini berhasil memadukan tema fantasi dan realistis.
Banyak orang percaya bahwa film ini telah membangkitkan penghargaan mereka terhadap kasih sayang keluarga dan membuat mereka memikirkan kembali makna hidup. Dalam menghadapi kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu, dapatkah kita memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keluarga dan waktu?