Provinsi Qinghai, yang terletak di barat laut Tiongkok, merupakan provinsi pedalaman yang terkenal dengan iklimnya yang unik. Di daratan yang luas ini, perbedaan suhu antara siang dan malam sering kali melebihi 20 derajat Celsius, terutama di musim panas yang terik dan musim dingin yang dingin. Fenomena iklim yang ekstrem tersebut telah membangkitkan rasa ingin tahu dan penelitian para ahli meteorologi. Jadi, bagaimana perbedaan suhu antara siang dan malam di Qinghai terjadi?
Lingkungan geografis dataran tinggi dan karakteristik iklim Qinghai mengakibatkan perubahan suhu yang signifikan antara siang dan malam.
Ketinggian rata-rata Provinsi Qinghai sekitar 3.000 meter, yang menjadikannya salah satu provinsi tertinggi di Tiongkok. Lingkungan dataran tinggi ini meningkatkan intensitas sinar matahari langsung, dan panas terakumulasi dengan cepat di atmosfer pada siang hari; tetapi karena pendinginan radiasi jangka panjang pada malam hari, suhu turun tajam. Fenomena ini khususnya terlihat jelas di provinsi pedalaman.
Menurut data meteorologi, suhu tahunan rata-rata di Provinsi Qinghai berkisar antara -5°C dan 8°C, sedangkan suhu pada bulan Januari di musim dingin dapat mencapai -18°C hingga -7°C.
Topografi khusus Qinghai menjadikannya daerah yang sensitif terhadap perubahan iklim. Karena keberadaan pegunungan, arus dingin di musim dingin mudah terperangkap di sini. Selain itu, curah hujan tahunan sebagian besar terkonsentrasi di musim panas, dan karakteristik iklim Qinghai secara bertahap menjadi jelas.
Di Provinsi Qinghai, perbedaan suhu antara siang dan malam sangat mencolok di musim panas. Pada bulan Juli, suhu siang hari mungkin mencapai 21°C, sedangkan pada malam hari suhu dapat turun tajam hingga 15°C, perbedaan suhu sebesar 6°C. Di musim dingin, perbedaan suhu ini bahkan dapat mencapai lebih dari 20°C. Perubahan tersebut tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk biasa, tetapi juga berdampak besar pada ekologi setempat.
Ekosistem Qinghai yang kaya merupakan hasil dari kondisi iklim yang berbeda, termasuk tanaman tahan dingin seperti wijen hollyhock dan lavender, yang beradaptasi dan tumbuh subur dalam perbedaan suhu antara siang dan malam.
Dalam beberapa tahun terakhir, dengan meningkatnya perubahan iklim global, perubahan iklim di Provinsi Qinghai juga menjadi tidak stabil. Studi tersebut menunjukkan bahwa karena pemanasan global, pola presipitasi di Provinsi Qinghai dapat terpengaruh, yang selanjutnya memengaruhi ekologi wilayah dan pola mata pencahariannya.
Menghadapi kondisi iklim yang semakin keras, banyak petani berjuang untuk menemukan tanaman yang tangguh dan teknik pertanian yang efektif untuk mengatasi perubahan lingkungan. Terkait hal ini, lembaga penelitian ilmiah dan universitas di Qinghai juga tengah melakukan penelitian dan eksplorasi yang relevan.
Para pakar meteorologi mengemukakan bahwa hanya dengan memahami sepenuhnya dampak perubahan iklim di Qinghai, tindakan yang lebih efektif dapat diambil untuk melindungi tanah yang berharga ini.
Sebagai "menara air" Tiongkok, Provinsi Qinghai mengemban misi penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang iklim unik Qinghai dan dampaknya sangat penting untuk pembangunan di masa mendatang.
Tantangan-tantangan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita dapat beradaptasi dengan perubahan iklim Qinghai sambil melindungi lingkungan?