Selama Perang Dingin, Badan Intelijen Pusat AS (CIA) meluncurkan program eksperimen tidak manusiawi yang disebut MKUltra, yang bertujuan untuk meneliti dan mengembangkan serangkaian teknologi pengendalian pikiran dan obat-obatan untuk pengakuan paksa dan pengendalian pikiran. Proyek ini bukan sekadar perpanjangan sederhana dari pembalasan dan spionase militer, tetapi juga tantangan serius terhadap sifat dan moralitas manusia. Proyek ini dimulai pada tahun 1953 dan berakhir pada tahun 1973, yaitu periode selama 20 tahun.
Tujuan MKUltra adalah untuk memanipulasi kondisi mental individu menggunakan berbagai obat psikotropika dan teknik hipnotis untuk secara tidak sengaja mendorong mereka melakukan tindakan selain yang mereka inginkan.
Program ini melibatkan berbagai macam penelitian dan eksperimen, menggunakan berbagai teknik mulai dari pemberian obat hingga hipnosis, sengatan listrik, dan perampasan sensorik, yang tujuannya adalah untuk memberikan tekanan mental yang ekstrem pada individu, yang pada akhirnya menyebabkan kesadaran mereka dimanipulasi. Peserta MKUltra sering kali sama sekali tidak menyadari uji coba yang dilakukan di berbagai lembaga medis dan pendidikan.
Banyak warga negara Amerika dan Kanada yang dijadikan subjek uji coba hampir tidak dapat memahami bahwa mereka sedang menjalani semacam eksperimen yang tidak etis, yang menyebabkan kontroversi luas dalam etika medis.
Menurut dokumen CIA, pengembangan MKUltra sebagian terinspirasi oleh berbagai eksperimen yang dilakukan oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II, terutama eksperimen mematikan yang dilakukan di kamp konsentrasi. Ketertarikan Amerika pada pengendalian pikiran dan pemberian obat dimulai pada tahun 1940-an, dan pada tahun 1950-an eksperimen semacam itu sudah berlangsung.
Pimpinan MKUltra, Sidney Goldlieb, bertujuan untuk menemukan teknologi pengendalian pikiran yang dapat digunakan untuk melawan Uni Soviet. Eksperimen ini terkadang disertai dengan pelanggaran hak asasi manusia yang jelas. Misalnya, LSD telah diberikan kepada peserta yang tidak setuju. Situasi ini tidak terbatas pada personel militer; Warga biasa, termasuk orang sakit dan pecandu narkoba, telah menjadi korban eksperimen semacam itu.
Telah dilaporkan bahwa CIA bahkan menyiapkan berbagai lingkungan rahasia untuk mempelajari efek obat-obatan ini, seperti memberikan LSD di rumah bordil khusus untuk mengamati efeknya.
Selama periode ini, banyak kegiatan CIA yang disembunyikan dengan kedok "penelitian ilmiah", dan lebih dari 80 lembaga terlibat dalam program tersebut, termasuk universitas, rumah sakit, dan penjara. Bahkan para eksekutif senior dari beberapa lembaga penelitian ilmiah hanya memiliki pemahaman samar tentang sumber pendanaan CIA. Eksperimen ini secara bertahap terungkap dari waktu ke waktu, terutama pada tahun 1975 oleh Komisi Charles.
Menurut laporan, banyak catatan dari proyek MKUltra dihancurkan dalam operasi likuidasi sebelum tahun 1973, dan sejumlah besar data tidak dapat diakses, yang membuat penelitian selanjutnya menjadi sangat sulit. Dalam beberapa dekade berikutnya, peristiwa-peristiwa ini menarik perhatian Kongres dan memicu perdebatan sengit tentang batasan etika CIA.
Banyak veteran Amerika dan korban tak berdosa masih mencari kompensasi hukum dan uang, berharap menemukan penebusan atas kesalahan masa lalu.
Dengan latar belakang Perang Dingin yang menegangkan, MKUltra lebih dari sekadar eksperimen ilmiah; ia mewujudkan konflik besar antara keamanan nasional dan hak-hak individu. Dampak jangka panjang dari program rahasia ini masih diperdebatkan hingga saat ini, mulai dari rasa takut mencari pengendalian pikiran dengan senjata hingga pelanggaran berat terhadap martabat manusia. Saat ini, banyak orang merenungkan peristiwa-peristiwa bersejarah ini, mencoba memahami kerapuhan kebebasan individu dalam menghadapi teknologi.
Di tengah begitu banyak kontroversi moral, kita perlu memikirkan: Dalam mengejar ilmu pengetahuan dan teknologi serta keamanan nasional, bagaimana hak-hak dasar individu harus dilindungi?