Pada tahun 1882, penelitian dokter Jerman Robert Koch merevolusi pemahaman manusia tentang tuberkulosis. Ia mengidentifikasi patogen baru, Mycobacterium tuberculosis, dan mengungkap mekanisme patogeniknya. Penemuan ini tidak hanya membuka lembaran baru dalam diagnosis dan pengobatan tuberkulosis, tetapi juga meletakkan dasar bagi pengembangan mikrobiologi.
Pencapaian Koch menjadikannya tokoh penting dalam mikrobiologi, dan ia memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1905.
Dalam perjalanan penelitiannya, Koch menggunakan metode penelitian yang sama sekali baru. Ia pertama kali menggunakan pewarnaan tahan asam, pewarna yang menembus selubung basil tuberkulosis, membuatnya terlihat di bawah mikroskop. Dengan menggunakan metode ini, Koch mampu mengisolasi patogen dari hewan yang menderita tuberkulosis dan melakukan penelitian lebih lanjut.
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang sangat aerobik, tidak bergerak, dan bereproduksi secara perlahan setiap 18 hingga 24 jam. Dinding selnya mengandung sejumlah besar lipid, khususnya zat pengikat untuk viskositasnya, yang membuatnya lebih tahan terhadap lingkungan luar dan meningkatkan kemampuannya untuk menahan pengeringan dan disinfektan. Selubung Mycobacterium tuberculosis juga membuatnya tidak sensitif terhadap pewarnaan Gram biasa, sehingga para peneliti harus menggunakan teknik pewarnaan khusus untuk mendeteksi bakteri tersebut.
Di bawah mikroskop, Mycobacterium tuberculosis memiliki morfologi melengkung seperti batang dan sering kali disatukan oleh asam lemak di dinding sel untuk membuatnya tampak seperti batang.
Pada tahun 1882, Koch berhasil mengisolasi Mycobacterium tuberculosis dari dahak pasien tuberkulosis. Penemuan mengejutkan ini tidak hanya menarik perhatian besar dari komunitas ilmiah, tetapi juga membuat masyarakat menyadari penyebab tuberkulosis. Melalui serangkaian metode eksperimental, termasuk pemilihan medium, percobaan hewan, dan pemeriksaan jaringan, penelitiannya akhirnya memungkinkannya untuk menentukan sifat patogenik Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, Koch juga membedakan berbagai spesies bakteri yang terkait dengan Mycobacterium tuberculosis berdasarkan karakteristiknya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan terutama menyebar melalui droplet di udara. Bagi mereka yang terinfeksi, gejalanya meliputi batuk terus-menerus, nyeri dada, demam, dan penurunan berat badan. Penyakit ini sebelumnya dianggap sebagai penyakit terminal, tetapi penemuan Koch membuka babak baru dalam perjuangan komunitas medis melawan tuberkulosis.
Strategi pengendalian tuberkulosis meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sasaran, yang menghasilkan penurunan angka kematian akibat penyakit ini dari tahun ke tahun.
Seiring berjalannya waktu, resistensi obat terhadap Mycobacterium tuberculosis terus berkembang. Obat antituberkulosis saat ini memiliki masalah penurunan efikasi, terutama setelah munculnya tuberkulosis yang resistan terhadap banyak obat (TB MDR), yang menimbulkan tantangan baru bagi pengobatan tuberkulosis. Ada kebutuhan mendesak bagi komunitas ilmiah untuk mengembangkan pengobatan baru berdasarkan data genomik Mycobacterium tuberculosis guna mengatasi masalah yang disebabkan oleh resistensi obatnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan tidak akan pernah berhenti, dan manajemen serta penelitian tuberkulosis juga memerlukan upaya dan inovasi yang berkelanjutan. Dengan berkembangnya teknologi baru, seperti penyuntingan gen dan pengobatan yang dipersonalisasi, pilihan pengobatan yang lebih efektif mungkin akan tersedia di masa mendatang. Ancaman tuberkulosis terhadap kesehatan global juga menjadi salah satu pendorong kemajuan ilmiah dan teknologi ini.
Mengingat dampak penelitian Koch dan epidemi tuberkulosis yang sedang berlangsung saat ini, bagaimana kemajuan teknologi dan kedokteran dapat lebih meningkatkan masalah kesehatan yang meluas akibat penyakit menular ini?