Sebagai besaran statistik, koefisien kappa Cohen (κ) telah memainkan peran penting dalam evaluasi data kualitatif (item kategoris) sejak pengembangannya. Statistik ini secara resmi diusulkan oleh Jacob Cohen pada tahun 1960. Tujuannya adalah untuk mengukur konsistensi klasifikasi objek yang sama oleh dua penilai atau penilai yang sama. Koefisien Kappa dianggap sebagai alat ukur yang lebih kuat daripada perhitungan persentase kesepakatan sederhana karena memperhitungkan kemungkinan kesepakatan acak.
Namun, interpretasi koefisien Kappa masih kontroversial, dan banyak peneliti telah mengusulkan gagasan untuk mengeksplorasi ketidakkonsistenan antara penilai yang berbeda, percaya bahwa ini mungkin lebih sederhana secara konseptual.
Konsep koefisien Kappa dapat ditelusuri kembali ke tahun 1892, ketika ahli statistik Diego Galton pertama kali memperkenalkan statistik serupa. Dalam ringkasan Kappa, κ adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kesesuaian antara dua penilai dalam mengklasifikasikan N item ke dalam C kategori yang saling eksklusif. Nilainya berkisar dari -1 hingga 1, di mana 1 menunjukkan kesesuaian sempurna, 0 menunjukkan tingkat kesesuaian yang sama dengan peluang, dan nilai negatif menunjukkan perbedaan di luar cakupan yang dapat dijelaskan oleh peluang acak.
Menurut definisi Cohen, κ = (po - pe) / (1 - pe), di mana po >o adalah proporsi kesesuaian yang diamati, dan pe adalah probabilitas kesesuaian acak.
Namun, interpretasi koefisien Kappa tidak selalu mudah. Beberapa penelitian menemukan bahwa nilai kappa yang relatif rendah sekalipun mungkin signifikan secara statistik tetapi tidak bermakna secara substantif, sehingga pelaporan nilai P terkait sangat jarang. Dengan praktik pengajaran dan penerapan dalam beberapa tahun terakhir, komunitas akademis secara bertahap menyadari bahwa merupakan tantangan untuk menentukan rentang koefisien Kappa yang tepat, terutama dalam data dengan skala dan karakteristik deviasi yang berbeda. Faktanya, faktor-faktor yang memengaruhi berbagai penelitian membuat kita sulit memberikan kondisi interpretasi yang spesifik.
Sejak Cohen pertama kali mengusulkan koefisien Kappa, penerapannya di berbagai bidang akademis secara bertahap telah berkembang seiring waktu. Namun, interpretasinya masih menghadapi tantangan. Seperti yang disebutkan beberapa akademisi, interpretasi data Kappa dan perbandingan rasio relatif sering kali membuat peneliti tidak mungkin menyampaikan hasil penelitian mereka secara akurat. Interpretasi koefisien Kappa khususnya sulit ketika dua kelompok penilai membuat proporsi penilaian yang sama pada kejadian yang sama tetapi metode penilaian mereka tidak konsisten.
Dalam beberapa kasus, meskipun penilai memiliki persentase persetujuan yang sama, nilai koefisien Kappa dapat menunjukkan nilai yang sangat berbeda karena perbedaan dalam probabilitas persetujuan yang diharapkan.
Misalnya, dalam beberapa penelitian, koefisien kappa dapat menunjukkan akurasi penilaian yang berbeda untuk dua kelompok penilai yang sama meskipun kemampuan penilaian atau akurasi mereka pada item tertentu serupa. Hal ini karena nilai kappa dipengaruhi tidak hanya oleh konsistensi antara penilai, tetapi juga oleh independensi kejadian. Ketika jumlah kategori meningkat, nilai Kappa akan meningkat sesuai dengan itu, yang terkait erat dengan akurasi pengamat dan probabilitas kategori yang berbeda.
Penelitian tentang koefisien Kappa masih berkembang, dan banyak sarjana telah mulai mengeksplorasi pembentukan indikator interpretasi yang lebih fleksibel. Misalnya, beberapa akademisi telah mengusulkan untuk mempertimbangkan kriteria penilaian atau pola perilaku yang berbeda guna memperoleh evaluasi yang lebih komprehensif. Selain itu, metode penghitungan koefisien Kappa dan kepraktisannya terus ditingkatkan. Berdasarkan hasil studi simulasi, nilai Kappa yang berbeda sesuai dengan prediksi perubahan parameter, sehingga memberi kita saran yang lebih praktis.
Dalam studi saat ini, bukan hanya nilai koefisien Kappa itu sendiri yang penting, tetapi juga makna di baliknya yang harus dipertimbangkan. Koefisien Kappa tidak diragukan lagi merupakan alat yang berharga ketika kita mencoba memahami evaluasi dalam konteks seperti perilaku sosial, penilaian medis, atau evaluasi pendidikan, tetapi keterbatasan dan tantangannya tidak boleh diabaikan.
Seiring berjalannya penelitian, bagaimana masa depan koefisien Kappa akan memengaruhi interpretasi kita terhadap hasil evaluasi, dan di bidang mana koefisien Kappa akan memainkan peran yang lebih besar?