Minyak kelapa sawit, minyak nabati yang dapat dimakan yang berasal dari daging buah merah pohon kelapa sawit, telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun. Saat ini, minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan dalam pembuatan makanan tetapi juga dalam produk kecantikan dan biofuel. Minyak kelapa sawit menyumbang sekitar 36% dari produksi minyak nabati global pada tahun 2014, menunjukkan pentingnya minyak kelapa sawit di pasar minyak nabati. Banyak produsen makanan lebih memilih minyak kelapa sawit karena stabilitas dan konsistensi rasanya dalam makanan olahan ultra. Namun, komoditas perdagangan penting ini juga telah menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan hak asasi manusia.
Minyak kelapa sawit secara luas dianggap sebagai salah satu minyak nabati paling efisien di dunia, tetapi kerusakan ekologis yang disebabkan oleh proses produksinya tidak dapat diabaikan.
Manusia telah menggunakan pohon kelapa sawit selama 5.000 tahun. Para arkeolog menemukan jejak minyak kelapa sawit di makam-makam yang ditemukan di Abydos, Mesir Kuno pada akhir tahun 1880-an, sebuah penemuan yang menegaskan sejarah panjang minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit telah lama digunakan secara luas sebagai minyak goreng di Afrika Barat dan Tengah. Dengan Revolusi Industri di Inggris, minyak kelapa sawit digunakan secara luas dalam pelumas untuk mesin, menjadikannya komoditas penting bagi perdagangan Inggris. Meskipun perdagangan minyak kelapa sawit menurun pada tahun 1880-an dengan diperkenalkannya kakao, minyak kelapa sawit tetap penting dalam berbagai aplikasi industri.
Sejarah minyak kelapa sawit tidak hanya mengungkap pentingnya minyak kelapa sawit dalam produk-produknya tetapi juga tantangan sosial dan lingkungan di baliknya.
Warna merah minyak kelapa sawit terutama disebabkan oleh kandungan karotennya yang tinggi. Minyak kelapa sawit lebih rendah lemak jenuhnya daripada minyak inti sawit atau minyak kelapa, menjadikannya pilihan yang populer dalam memasak. Proses ekstraksi minyak terutama melibatkan pengepresan buah kelapa sawit dan pemurniannya melalui pengepresan dingin atau metode industri lainnya. Melalui metode ini, minyak kelapa sawit dapat mempertahankan rasa dan kandungan nutrisinya yang unik.
Minyak kelapa sawit telah menjadi bahan kuliner penting di wilayah tropis di dunia dan digunakan secara luas dalam industri makanan komersial di seluruh dunia.
Minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan dalam makanan, tetapi juga terus memiliki tempat dalam perawatan pribadi dan energi lingkungan. Menurut laporan terbaru, sekitar 70% produk perawatan pribadi mengandung minyak kelapa sawit. Keragaman bahan-bahan ini membuat konsumen sulit menyadari bahwa pembelian mereka terkait erat dengan produksi minyak kelapa sawit. Akibatnya, permintaan minyak kelapa sawit terus meningkat, yang mendorong perluasan perkebunan kelapa sawit di negara-negara tropis.
Minyak kelapa sawit juga digunakan untuk memproduksi biodiesel karena permintaan akan energi terbarukan meningkat. Faktanya, hampir setengah dari minyak kelapa sawit impor Eropa digunakan untuk biofuel. Namun, permintaan ini juga menimbulkan tantangan lingkungan, yang menyebabkan penggundulan hutan hujan tropis, dengan produksi sebagian besar minyak kelapa sawit yang terkait erat dengan hilangnya keanekaragaman hayati.
RingkasanPenggunaan minyak kelapa sawit telah memicu perdebatan tentang persaingan bahan bakar pangan, dengan banyak pihak khawatir bahwa hal itu akan memengaruhi sumber pangan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, perdagangan minyak kelapa sawit tidak hanya merupakan mata rantai penting dalam rantai perdagangan, tetapi juga bagian dari isu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Baik itu latar belakang sejarahnya, prosedur pemrosesannya, area penggunaannya, atau potensi dampak sosial dan lingkungannya, setiap aspek layak untuk dipikirkan dan didiskusikan secara mendalam. Bagaimana masa depan minyak kelapa sawit akan memengaruhi planet dan kehidupan kita?