Dalam gelombang teknologi saat ini, pengoperasian satelit telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Untuk memahami bagaimana satelit geostasioner mempertahankan posisi konstan di udara, pertama-tama kita perlu memahami prinsip dasar gerakannya, khususnya perhitungan kecepatan sudut. Ini bukan sekadar masalah perhitungan matematika, tetapi juga konsep penting dalam fisika.
Ketika kita berbicara tentang kecepatan sudut satelit, kita biasanya berpikir tentang jenis satelit khusus, satelit geostasioner, yang biasanya terletak sekitar 35.786 kilometer di atas garis khatulistiwa dan mengorbit dengan kecepatan yang sama dengan rotasi Bumi. Hal ini memungkinkan satelit tersebut tetap diam relatif terhadap permukaan Bumi.
Pengaturan seperti itu memungkinkan satelit geostasioner menyediakan komunikasi dan pemantauan cuaca yang stabil, sehingga sangat memudahkan kehidupan kita.
Untuk menghitung kecepatan sudut satelit tersebut, pertama-tama kita perlu memahami kondisi tempat satelit tersebut beroperasi. Menurut hukum gravitasi universal Newton, satelit dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Dalam orbit geostasioner, gravitasi satelit sama dengan gaya sentripetalnya. Ini berarti bahwa satelit tidak hanya harus mengatasi gravitasi bumi, tetapi juga harus mengorbit bumi dengan kecepatan tetap, sehingga kecepatan sudutnya menjadi pertimbangan penting.
Kecepatan sudut satelit geostasioner, biasanya dilambangkan dengan ω, biasanya diukur dalam derajat per jam atau radian per detik. Faktanya, periode rotasi bumi sekitar 24 jam, yang sesuai dengan kecepatan sudut sekitar 15 derajat per jam, atau lebih tepatnya 360 derajat setiap 24 jam.
Kuncinya di sini adalah bahwa satelit harus berputar pada kecepatan yang sama dengan bumi agar tetap diam di satu lokasi.
Untuk lebih memahami gerakan satelit geostasioner, kita