Sindrom radiasi akut (ARS), juga dikenal sebagai penyakit radiasi atau keracunan radiasi, adalah serangkaian efek kesehatan yang biasanya disebabkan oleh paparan radiasi pengion dosis tinggi dalam waktu singkat. Bergantung pada dosis paparan, gejala dapat mulai dalam beberapa jam setelah paparan dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan. Gejala awal sering kali meliputi mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan, yang dapat membaik seiring waktu tetapi kemudian dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius yang pada akhirnya dapat menyebabkan pemulihan atau kematian.
Diagnosis ARS didasarkan pada riwayat paparan dan gejala, dan beberapa tes darah memberikan indikasi dosis yang disaksikan.
Terjadinya sindrom radiasi akut umumnya memerlukan dosis lebih besar dari 0,7 Gy (70 rad), biasanya dari sumber eksternal dan diberikan dalam beberapa menit. Sumber radiasi dapat berupa reaktor nuklir, akselerator partikel, perangkat perawatan kanker tertentu, senjata nuklir atau radioaktif. Sindrom radiasi akut secara umum dibagi menjadi tiga jenis utama: sindrom myeloid, sindrom gastrointestinal, dan sindrom neurovaskular. Penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala ini menunjukkan karakteristik yang berbeda, masing-masing sesuai dengan rentang dosis yang berbeda.
Pertama, sindrom myeloid biasanya terjadi pada dosis berkisar antara 0,7 hingga 10 Gy, dan sel-sel utama yang terpengaruh adalah sel-sel yang membelah dengan cepat. Kedua, sindrom gastrointestinal biasanya terjadi setelah dosis antara 6 dan 30 Gy dan bermanifestasi sebagai mual, muntah, dan nyeri perut. Yang paling mengkhawatirkan adalah sindrom neurovaskular, yang biasanya terjadi pada dosis yang melebihi 30 Gy dan hampir selalu berakibat fatal.
Gejala awal ARS meliputi mual, sakit kepala, kelelahan, dan kemerahan serta pembengkakan sementara pada kulit. Gejala-gejala ini dapat terjadi pada dosis radiasi di atas 0,35 Gy (35 rad). Namun, gejala-gejala ini juga umum terjadi pada banyak penyakit, sehingga sulit untuk mendiagnosis hanya berdasarkan gejala-gejala ini saja.
"Efek patologis luka bakar kontak meningkat seiring dengan meningkatnya dosis radiasi dan dapat menyebabkan kerusakan DNA ireversibel pada sel."
Terjadinya ARS sering kali disebabkan oleh paparan radiasi pengion yang melebihi dosis tertentu. Radiasi tersebut meliputi sinar alfa, beta, gamma, dan lain-lain, di antaranya sinar gamma dan radiasi neutron yang dapat menembus tubuh manusia, sehingga menyebabkan penyinaran ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, gejala radiasi akut sering kali terjadi saat terpapar radiasi eksternal.
ARS dapat terjadi tidak hanya akibat kecelakaan, seperti kegagalan mesin medis nuklir dan terapi radiasi, tetapi juga akibat tindakan yang disengaja. Telah terjadi beberapa peristiwa serius dalam sejarah, seperti serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, yang mengakibatkan sejumlah besar kasus ARS.
Penanganan sindrom radiasi akut terutama berupa terapi suportif, termasuk transfusi darah, antibiotik, faktor perangsang hematopoietik, atau transplantasi sel punca. Penting untuk menjaga kulit dan perut Anda tetap bersih dari bahan radioaktif, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk menghilangkan kontaminasi.
Meskipun sindrom radiasi akut masih relatif jarang terjadi di masyarakat saat ini, risiko potensial masih ada, termasuk kecelakaan radiasi, perang nuklir, dan situasi ekstrem lainnya. Dalam menghadapi tantangan ini, kita perlu terus meningkatkan kesadaran masyarakat dan perlindungan terhadap keselamatan radiasi.
Apakah Anda siap menghadapi potensi krisis radiasi dan memahami kemungkinan dampaknya?