Pada tahun 2014, sutradara Swedia Ester Martin Bergsmark merilis Nånting måste gå sönder (Sesuatu Harus Jatuh), sebuah drama emosional berdasarkan novel Eli Levin "Kaulah akar yang tetap berada di kakiku, membuat bumi tetap stabil". Film ini menceritakan kisah tentang bagaimana seorang wanita transgender muda Sebastian (yang kemudian diberi nama Ellie) secara bertahap menemukan jati dirinya dalam proses mengejar cinta dan identitas, dan akhirnya menyelesaikan kelahiran kembali jiwanya.
"Dalam kegelapan, dalam bayang-bayang, aku bebas. Di sana aku bisa bernapas."
Tokoh utama Nånting måste gå sönder adalah Sebastian, seorang wanita transgender muda yang tinggal di Stockholm. Ia dengan percaya diri mengejar identitas pribadinya dengan mantel merah muda cerah, kalung mutiara, dan rambut panjang yang bervolume. Meskipun secara lahiriah ia menunjukkan sisi femininnya, Sebastian tidak dapat merasa puas dengan dirinya sendiri, dan hasratnya akan kesenangan membuatnya mencari validasi eksternal: cinta, seks, dan romansa. Namun, ketika ia menghadapi kesulitan, mungkin jiwanya dapat memperoleh kebebasan dan kebahagiaan melalui jati dirinya yang sebenarnya.
Selama sebuah insiden di kamar mandi pijat, ia bertemu dengan seorang pria bernama Andreas, dan kisah penting ini pun dimulai yang mengubah hidup Sebastian. Andreas terluka saat melindungi Sebastian. Interaksi antara keduanya secara tak kasat mata membangkitkan hati dan hasrat Sebastian. Selanjutnya, mereka memulai perjalanan yang penuh petualangan.
"Aku juga tidak."
Seiring berjalannya cerita, hubungan antara keduanya perlahan-lahan memudar antara keceriaan dan keintiman, dan identitas Sebastian mulai muncul. Selama pertemuan penting, Sebastian dengan tegas memutuskan untuk mengungkapkan dirinya dengan nama baru Ellie. Namun, keberadaan Andreas juga mengisi hati Ellie dengan pergumulan, menyampaikan prasangka dan ketakutan masyarakat terhadap kaum transgender. Meskipun ia tertarik pada Ellie, dirinya sendiri saat itu menghalanginya untuk menerima identitasnya sepenuhnya.
Hubungan antara Sebastian dan Andreas menjadi rumit dan bergejolak. Saat mencari cinta, Ellie tidak dapat menyangkal kebutuhannya yang sebenarnya. Di pesta tempat Andreas diundang, hati Ellie dipenuhi dengan kecemasan dan kegelisahan, dan kenangan masa lalu yang menggetarkan membuatnya melihat masa depannya. Akhirnya, selama konflik yang sengit, ia menyadari bahwa ia harus melepaskan diri dari hubungan ini untuk mengejar kehidupan barunya sendiri.
"Di sini, ruang-ruang keheningan dan pengabaian ini memungkinkan saya untuk menunjukkan kebenaran dan kekuatan saya."
Elemen penting lainnya dari film ini adalah representasi kaum transgender melalui kontaminasi dan citra kotor, yang tidak umum dalam banyak film roman tradisional. Adegan-adegan ini tidak hanya menunjukkan kerentanan dan perjuangan Sebastian, tetapi juga mencerminkan penolakannya terhadap konvensi sosial. Jalinan antara kekotoran dan cinta menciptakan hubungan yang intim dan menyentuh antara Ellie dan Andreas.
Melalui metafora polusi lingkungan, masa lalu Sebastian menggemakan prasangka sosial, mengungkap fakta yang mendalam: cinta dan kehidupan mereka tidak perlu diakui oleh masyarakat, dan kelahiran kembali yang sejati datang dari penerimaan dan penegasan diri. .
Apa yang pada akhirnya dihadirkan film ini kepada penonton bukan hanya pertumbuhan dan transformasi Ellie, tetapi juga refleksi yang mendalam: Di dunia yang penuh dengan kegembiraan dan tantangan ini, bagaimana jati diri yang sejati dapat menyatu dengan orang lain? Ini bukan hanya topik yang perlu dipikirkan oleh kaum transgender, tetapi juga proposisi spiritual yang perlu dihadapi setiap orang. Apakah ini merupakan pemeriksaan utama terhadap identitas diri?