Skleroderma adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan perubahan pada kulit, pembuluh darah, otot, dan organ dalam. Kondisi ini dapat terbatas pada kulit atau melibatkan organ lain. Gejalanya meliputi kulit menebal, kaku, lelah, dan sirkulasi darah yang buruk ke jari tangan atau kaki setelah terpapar dingin. Seiring berjalannya waktu, komunitas medis secara bertahap memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penyakit ini, terutama berbagai gejalanya. Mengingat kompleksitas skleroderma, artikel ini akan membahas lima gejala umum untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penyakit misterius ini.
Fenomena Raynaud adalah gejala pertama skleroderma. Sekitar 30% pasien akan mengalami gejala ini saat pertama kali didiagnosis, dan 95% pasien akan mengalami fenomena Raynaud pada beberapa tahap selama perjalanan penyakit.
Fenomena Raynaud adalah perubahan warna pada jari tangan atau kaki yang terjadi saat terpapar dingin atau stres, biasanya dari putih menjadi biru hingga merah. Hal ini terjadi karena pembuluh darah menyempit dan melebar secara tidak normal, sehingga aliran darah tidak mencukupi. Selain itu, fenomena ini dapat disertai dengan rasa nyeri dan mati rasa, sehingga membuat pasien merasa tidak nyaman dan bingung dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Nama skleroderma sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "keras" dan "kulit."
Perubahan kulit merupakan masalah penting yang dihadapi oleh sebagian besar penderita skleroderma. Seiring perkembangan penyakit, pasien mungkin mengembangkan bercak kulit yang keras dan tidak elastis, biasanya paling terlihat pada jari tangan dan wajah. Jenis perlengketan kulit ini tidak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga memengaruhi fleksibilitas sendi, sehingga menimbulkan tantangan bagi aktivitas sehari-hari pasien.
Pasien mungkin menderita refluks gastroesofageal, perut kembung, gangguan pencernaan, dan masalah lainnya, bahkan kehilangan nafsu makan.
Orang dengan skleroderma sering mengalami masalah saluran pencernaan, yang paling umum adalah disfungsi esofagus, yang membuat proses menelan menjadi sulit. Pasien mungkin mengalami nyeri dan rasa sakit, ketidaknyamanan perut, sembelit atau diare, yang dapat memiliki berbagai efek dan berdampak signifikan pada kualitas hidup.
Seiring perkembangan penyakit, pasien mungkin mengalami gejala seperti kesulitan bernapas terus-menerus dan batuk kering.
Komorbiditas paru merupakan risiko potensial pada skleroderma, dengan eksaserbasi lebih lanjut yang membuat pasien berisiko terkena penyakit paru interstisial atau hipertensi paru. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kesulitan menghirup oksigen dan memengaruhi pengiriman oksigen tubuh, sehingga mengancam kesehatan secara keseluruhan.
Kebanyakan orang dengan skleroderma melaporkan kelelahan dan nyeri sendi yang konstan.
Kelelahan fisik yang umum mencegah pasien melakukan aktivitas normal, dan nyeri sendi serta kekakuan memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Gejala-gejala ini bervariasi tergantung pada kondisinya, dan pasien sering merasa tidak berdaya menghadapi nyeri ini.
Meskipun saat ini belum ada pengobatan terpadu untuk skleroderma, penanganan gejala-gejala ini tetap sulit diabaikan. Memahami gejala-gejala ini dan mencari bantuan medis yang tepat waktu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Apakah hal ini membuat Anda berpikir tentang kondisi fisik dan masalah kesehatan tersembunyi Anda?