Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian tentang cacing hati Angiostrongylus vasorum semakin mendapat perhatian, khususnya terkait dampaknya terhadap anjing. Cacing hati adalah nematoda parasit yang secara fleksibel menggunakan inangnya dalam ekosistem, dan siklus hidupnya dari siput hingga anjing menunjukkan kemampuan adaptasi dan strategi bertahan hidupnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas biologi cacing hati, siklus hidupnya, dan dampaknya terhadap inangnya.
Cacing hati, yang umumnya dikenal sebagai cacing hati Prancis, adalah nematoda parasit kecil berwarna merah muda yang panjangnya berkisar antara 14,0 hingga 20,5 mm dan lebar sekitar 0,170 hingga 0,306 mm. Cacing hati betina memiliki penampilan khas yang mirip dengan pembuka botol penata rambut.
Siklus hidup cacing hati dimulai dengan tertelannya larva tahap ketiga (L3) oleh inang, dengan inang utamanya termasuk rubah dan anjing. Mereka dapat masuk ke inang melalui tertelannya siput, katak, atau makanan yang terinfeksi.
Setelah memasuki inang, larva L3 akan bermigrasi ke kelenjar getah bening mesenterika dan mengalami metamorfosis, akhirnya menjadi parasit di arteri paru-paru dan sisi kanan jantung inang sebagai nematoda dewasa.
Infeksi cacing hati dapat menyebabkan berbagai gejala, yang paling umum adalah efek kardiopulmoner. Anjing yang terinfeksi dapat mengalami gejala seperti batuk terus-menerus, penurunan toleransi latihan, dan kesulitan bernapas. Alasan utama untuk gejala-gejala ini adalah bahwa nematoda dan telur serta larvanya menyumbat pembuluh darah, menyebabkan penyumbatan sirkulasi darah.
Selain itu, cacing hati dapat menyebabkan pembekuan darah yang tidak normal, yang menyebabkan masalah seperti trombositopenia, hematoma, dan pendarahan berkepanjangan.
Efek patologis ini secara signifikan mengurangi kualitas hidup anjing dan bahkan dapat menyebabkan kematian dalam kasus yang parah.
Diagnosis infeksi cacing hati memerlukan kombinasi gejala klinis dan hasil pemeriksaan. Meskipun tes pencitraan dapat menunjukkan lesi paru-paru, keakuratan tes tinja dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Misalnya, meskipun tes tinja teknik Balmain lebih sensitif daripada apusan tinja standar, tes ini dapat menghasilkan hasil negatif palsu karena bertelurnya parasit tidak stabil.
Inang perantara alami cacing hati meliputi siput darat dan siput air tawar lainnya, sedangkan inang definitif yang paling umum adalah anjing dan hewan karnivora tertentu. Hewan yang berbeda juga dapat berperan sebagai penular parasit ini.
Kemampuan parasit untuk beradaptasi secara fleksibel dengan berbagai lingkungan ekologi semakin mempersulit penyebarannya.
Menurut penelitian, cacing hati sebagian besar tersebar di beberapa negara di Eropa Barat, termasuk Inggris, Prancis, dan Spanyol. Di wilayah ini, terjadi pergeseran yang jelas dalam tingkat infeksi antara rubah dan anjing, yang menunjukkan bahwa rubah mungkin merupakan reservoir liar yang penting bagi parasit ini.
Di Eropa, metode utama pengobatan penyakit cacing hati adalah dengan menggunakan kombinasi imidakloprid dan moksidektin. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati anjing yang sudah terinfeksi dan untuk menindaklanjutinya setelah kondisinya membaik.
KesimpulanDi daerah endemis, pemberian obat ini secara teratur setiap bulan dianjurkan untuk mencegah infeksi cacing hati dan komplikasinya secara efektif.
Kemampuan adaptasi ekologis cacing hati dan dampaknya terhadap inangnya menjadikannya masalah kesehatan masyarakat yang penting. Menghadapi tantangan parasit ini, kita harus tetap waspada dan mengambil tindakan yang wajar untuk melindungi diri kita sendiri. Jadi, sudahkah Anda memeriksa kesehatan hewan peliharaan Anda untuk mencegah kemungkinan infeksi di masa mendatang?