ari referensi sosial hingga empati: Bagaimana bayi belajar "membaca" emosi orang lain

Perkembangan sosial emosional merupakan area penting dalam perkembangan anak dan merupakan proses yang terintegrasi secara bertahap, di mana anak-anak memperoleh kemampuan untuk memahami, mengalami, mengekspresikan, dan mengelola emosi serta mengembangkan hubungan yang bermakna dengan orang lain. Proses ini mencakup berbagai keterampilan dan konstruksi, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kesadaran diri, perhatian bersama, bermain, teori pikiran (memahami perspektif orang lain), harga diri, pengaturan emosi, persahabatan, dan pengembangan identitas. Oleh karena itu, perkembangan sosial emosional meletakkan dasar bagi anak-anak untuk terlibat dalam tugas-tugas perkembangan lainnya. Misalnya, seorang anak yang berjuang dengan tugas sekolah yang sulit mungkin perlu mengelola rasa frustrasinya sendiri dan mencari bantuan dari teman sebaya. Setelah bertengkar, remaja mungkin perlu dapat mengekspresikan perasaan mereka dengan jelas dan memahami perspektif pasangannya untuk menyelesaikan konflik dengan sukses.

Banyak gangguan kesehatan mental, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian ambang, gangguan penggunaan zat, dan gangguan makan, dapat dipahami melalui sudut pandang perkembangan sosial-emosional, khususnya kemampuan untuk mengatur emosi.

Anak Usia Dini (Dari lahir hingga 3 tahun)

Keterikatan

Hubungan emosional yang kuat yang dibentuk manusia dengan orang lain yang penting dalam hidup mereka disebut keterikatan. Meskipun sebagian besar keterikatan orang dewasa adalah dengan pasangan, pengasuh utama selama masa bayi memberikan keterikatan emosional pertama dan paling berpengaruh pada manusia. John Bowlby dan Mary Ainsworth pertama kali merumuskan dan menguji teori keterikatan, sebuah proses yang dianggap bermanfaat secara evolusi untuk kelangsungan hidup. Menurut penelitian mereka, ada empat tahap dalam pembentukan keterikatan.

Tahap awal (0–3 bulan): Bayi mengeluarkan sinyal naluriah, seperti menangis dan melihat, yang membantu memfasilitasi interaksi antara pengasuh dan bayi.

Anak-anak yang memiliki keterikatan aman: Anak-anak ini akan menjelajahi mainan secara mandiri saat pengasuhnya hadir dan mungkin menangis saat mereka dipisahkan, tetapi mereka akan mencari kenyamanan dan segera tenang saat pengasuhnya kembali.

Pengalaman Emosional

Sejak lahir, bayi memiliki kemampuan untuk memberi sinyal kesusahan umum, menanggapi rangsangan dan kondisi fisik yang tidak menyenangkan, dan mungkin tersenyum dengan senang saat mereka merasa puas. Bayi mulai menggunakan senyuman sosial—senyum sebagai respons terhadap interaksi sosial yang positif—pada usia 2 hingga 3 bulan, dan seiring bertambahnya usia, ekspresi kebahagiaan menjadi lebih disengaja.

Memahami Orang Lain

Sekitar usia 8 hingga 10 bulan, bayi mulai terlibat dalam referensi sosial, di mana mereka mengamati reaksi orang tua mereka untuk menginformasikan perilaku mereka sendiri. Dalam eksperimen tebing visual klasik, bayi yang dipisahkan mengandalkan ekspresi ibu mereka untuk menguji adanya bahaya.

Ketika ibu menunjukkan ekspresi yang menyemangati dan bahagia, kebanyakan bayi memilih untuk menyeberangi apa yang disebut tebing berbahaya, tetapi ketika mereka menunjukkan rasa takut atau marah, kebanyakan bayi memilih untuk tidak menyeberang.

Prasekolah (usia 3–6 tahun)

Konsep diri

Konsep diri mengacu pada serangkaian atribut, kemampuan, sikap, dan nilai yang diyakini individu untuk mendefinisikan dirinya. Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka menjadi lebih mampu menggambarkan apa yang mereka suka dan tidak suka serta mengembangkan rasa identitas diri dan identitas gender yang lebih jelas.

Memahami Orang Lain

Selama tahun-tahun prasekolah, anak-anak mulai mengembangkan teori dasar tentang pikiran, yaitu kemampuan untuk memahami dan mempertimbangkan berbagai hal dari sudut pandang orang lain. Kepercayaan ini tumbuh secara bertahap antara usia 4 dan 6 tahun.

Masa Kanak-kanak Pertengahan (7–12 tahun)

Pengalaman Emosional

Seiring bertambahnya usia anak-anak, kosakata emosional mereka menjadi lebih kaya. Umumnya, selama masa kanak-kanak pertengahan, anak-anak secara bertahap belajar menggunakan kata-kata emosional yang lebih kompleks untuk menggambarkan emosi mereka.

Kosakata emosi anak-anak usia sekolah berlipat ganda setiap dua tahun selama periode ini, dan pada usia 11 tahun, sebagian besar anak memahami hampir 300 kata emosi, angka yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan mereka untuk mengenali emosi.

Dari keterikatan hingga ekspresi pengalaman emosional, dan kemudian memahami perasaan orang lain, perkembangan sosial dan emosional bayi merupakan proses yang saling melengkapi dan semakin dalam secara bertahap. Melalui pertukaran dan interaksi ini, anak-anak tidak hanya belajar cara mengidentifikasi dan memahami emosi orang lain, tetapi juga secara bertahap menguasai kemampuan empati. Saat mereka berkembang, kemampuan ini akan memiliki implikasi jangka panjang terhadap keterampilan sosial dan pengaturan emosi mereka secara keseluruhan, jadi bagaimana dasar pemahaman emosional ini membentuk hubungan mereka di kemudian hari?

Trending Knowledge

ekuatan "cinta": Mengapa hubungan keterikatan begitu penting bagi kehidupan seorang anak
Keterikatan mengacu pada hubungan emosional yang mendalam antara orang-orang, terutama hubungan antara orang tua dan anak-anak. Pembentukan emosi semacam ini merupakan landasan perkembangan sosial dan
agaimana "konsep diri" seorang anak berkembang sebelum usia 3 tahun
Dalam perjalanan pertumbuhan seorang anak, konsep diri bagaikan benih yang tumbuh perlahan seiring waktu. Konsep diri mengacu pada identifikasi seseorang terhadap sifat, kemampuan, dan nilai-nilainya

Responses