Munculnya sistem deteksi tembakan memberikan solusi inovatif untuk keselamatan publik, dengan menggunakan berbagai teknologi penginderaan seperti suara, getaran, dan cahaya untuk menemukan sumber tembakan dengan cepat. Sistem seperti itu banyak digunakan oleh lembaga penegak hukum, unit militer, dan departemen keselamatan publik untuk memberikan peringatan waktu nyata dan informasi akurat tentang sumber tembakan untuk melindungi personel.
Sistem ini tidak hanya dapat menemukan lokasi tembakan secara instan, tetapi juga mengidentifikasi jenis tembakan, yang sangat penting bagi lembaga penegak hukum yang pertama kali memberikan respons.
Teknologi inti deteksi tembakan terdiri dari tiga komponen utama: susunan sensor, unit pemrosesan, dan antarmuka pengguna. Susunan sensor tersebut mencakup mikrofon, akselerometer, dan detektor inframerah, yang dapat tersebar di area tertentu dan diproses melalui sistem terpadu untuk memungkinkan pengguna memahami lokasi spesifik tembakan melalui antarmuka peta.
Sejarah teknologi ini dapat ditelusuri kembali ke masa sebelum Perang Dunia I, saat teknologi ini terutama digunakan untuk menemukan lokasi tembakan artileri. Seiring kemajuan teknologi, pada tahun 1990-an, algoritma pertama digunakan dalam deteksi tembakan. Pada tahun 1992, East Palo Alto, California, menghadapi masalah penembakan yang serius, dan departemen kepolisian setempat perlu menemukan cara yang efektif untuk melacak sumber tembakan. Pada saat ini, kedatangan seismolog John Lach mengubah situasi. Ia berhasil menunjukkan kelayakan lokasi tembakan dengan memodifikasi teknologi lokasi gempa bumi.
Sistem Rahe dapat menemukan lokasi tembakan hingga jarak puluhan meter, menunjukkan potensinya untuk keselamatan publik.
Untuk mendeteksi suara tembakan secara efektif, tiga fitur utama perlu dipertimbangkan: kilatan optik saat senjata ditembakkan, gelombang suara yang dihasilkan oleh semburan moncong, dan gelombang kejut saat proyektil bergerak dengan kecepatan supersonik. Fitur-fitur ini memiliki efek yang berbeda dalam aplikasi luar ruangan dan dalam ruangan, terutama di lingkungan dengan kebisingan lingkungan yang berbeda, yang akan memengaruhi jarak rambat suara tembakan.
Sistem lokasi suara tembakan dapat menggunakan berbagai teknologi penginderaan, di antaranya teknologi penginderaan suara adalah yang paling umum digunakan. Karakteristik perambatan suara memungkinkan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi suara tembakan secara efektif dalam skenario statis dan dinamis. Masalahnya adalah bahwa dengan semua kebisingan lainnya di lingkungan perkotaan, sistem ini harus mampu membedakan secara akurat antara suara tembakan dan suara lainnya setiap saat.
Sistem ini menggunakan mikrofon yang sangat sensitif yang bekerja terus-menerus untuk menangkap dan menganalisis suara, yang juga menimbulkan masalah privasi.
Tergantung pada persyaratan aplikasi, sistem lokasi tembakan dapat dibagi menjadi sistem mandiri dan sistem penginderaan terdistribusi. Sistem mandiri terutama digunakan untuk deteksi dan alarm langsung, terutama di lingkungan militer. Sistem penginderaan terdistribusi dapat bekerja secara efektif dalam jangkauan yang lebih luas untuk meningkatkan keselamatan perkotaan. Keuntungan dari sistem tersebut adalah dapat mengatasi kebisingan latar belakang dan secara efektif menentukan lokasinya bahkan di lingkungan yang bising.
Aplikasi sistem lokasi tembakan tersebar luas di banyak bidang seperti keselamatan publik dan pertahanan militer. Sistem ini membantu lembaga penegak hukum menanggapi insiden penembakan dengan cepat dan memandu personel untuk mengambil tindakan yang tepat guna mencegah terjadinya bahaya. Selain itu, sistem ini dapat digunakan untuk melakukan operasi anti-penembak jitu untuk melindungi personel, berdasarkan taktik militer tertentu.
Dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, apakah sistem deteksi tembakan di masa depan akan menggabungkan lebih banyak kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin untuk meningkatkan akurasi dan efisiensinya?