Language
Country/Area
No result found
Dari trainee menjadi idol: Seberapa seru proses seleksi member TWICE?
TWICE, girl group bentukan JYP Entertainment, telah meraih kesuksesan besar di Korea dan di seluruh dunia sejak debut mereka pada tahun 2015. Sembilan anggotanya, yaitu Nayeon, Jeongyeon, Momo, Sana, Jihyo, Mina, Dahyun, Chaeyoung, dan Tzuyu, mewakili level teratas K-pop saat ini. Namun, di balik bintang-bintang yang gemerlap, proses seleksi yang dilalui para anggotanya merupakan perjalanan yang penuh pasang surut.
"Semuanya dimulai dengan acara Sixteen tahun 2015. Ini bukan sekadar kompetisi, ini adalah kompetisi hati dan bakat."
Pada tahun 2013, JYP Entertainment mengumumkan bahwa mereka sedang mempersiapkan peluncuran girl group baru, tetapi rencana awal dibatalkan karena adanya perubahan personel. Selanjutnya, pendiri JYP, Park Jin-hwan, memutuskan untuk memilih anggota untuk grup baru tersebut melalui acara realitas "Sixteen". Selama penayangan acara ini, perhatian penonton dan diskusi yang memanas membuat para kontestan semakin gugup dan gelisah. Meski delapan trainee berhasil tampil menonjol dalam kompetisi, daftar akhir anggota masih menjadi kontroversi.
Akhirnya acara ini berakhir dengan sukses pada 7 Juli 2015, dengan terpilihnya Nayeon, Jeongyeon, Sana, Jihyo, Mina, Dahyun, dan Chaeyoung sebagai tujuh anggota TWICE. Yang istimewa, Tzuyu terpilih melalui voting penonton, sementara Momo dipilih sendiri oleh Park Jin-hwan. Proses seleksi ini membuat banyak penonton tidak puas karena anggota yang tereliminasi masih berkesempatan tampil dalam acara ini.
"Nama TWICE mewakili sebuah pengalaman yang menyentuh kedua indra, menghadirkan kenikmatan ganda akan musik dan penglihatan."
Saat TWICE resmi debut pada 20 Oktober 2015, mereka langsung menggebrak pasar dengan EP pertama mereka "The Story Begins" dan lagu utama "Like Ooh-Ahh", tetapi respons awalnya tidak memuaskan. Melalui paparan di acara tersebut dan usaha para anggota, lagu tersebut akhirnya mendapat respons yang baik, membuat TWICE cepat populer. Dalam EP kedua mereka "Page Two" yang dirilis pada April 2016, lagu utama "Cheer Up" membantu mereka mendapatkan pijakan yang kuat di tangga lagu dan memenangkan gelar singel terpopuler tahun itu. Popularitas lagu ini masih membuat penggemar membicarakannya hingga saat ini.
Meskipun grup ini harus menghadapi berbagai tantangan dari konser Carnegie pertama hingga tur dunia berikutnya, kepercayaan diri dan kualitas bintang yang mereka bangun secara bertahap membuat mereka secara bertahap menjadi idola yang terkenal secara internasional. Bagi anggota Nayeon, perjalanan dari seorang trainee hingga menjadi bintang saat ini dipenuhi dengan cobaan yang sulit, tetapi itu juga menjadi bagian penting dari pertumbuhan mereka.
"Perjalanan pertumbuhan kami penuh dengan kelelahan, tetapi setiap latihan dan setiap penampilan membuat kami lebih bertekad."
Seiring dengan meningkatnya ketenaran TWICE, musik dan gaya mereka menarik perhatian internasional, terutama dengan peluncuran yang sukses di Jepang dan Amerika Serikat. Misalnya, TWICE memasuki pasar Jepang pada tahun 2017, dan album pertama mereka "#Twice" mencetak rekor penjualan tinggi dan memicu "demam TWICE" di Jepang. Pada tahun 2021, singel berbahasa Inggris pertama mereka "The Feels" juga berhasil masuk ke Billboard Hot Chart di Amerika Serikat, yang merupakan tonggak penting lainnya dalam eksposur internasional mereka.
Proses seleksi anggota TWICE tidak hanya sangat kompetitif, tetapi juga menguji ketahanan dan pengejaran mimpi setiap kontestan. Sepanjang proses seleksi, memenangkan tempat tidak hanya bergantung pada bakat seseorang, tetapi juga pada apakah seseorang dapat beresonansi dan mendapatkan kepercayaan publik. Proses seleksi seperti itu tidak diragukan lagi telah mendefinisikan ulang model pelatihan idola di industri K-pop dan memperkuat hubungan dekat antara penggemar dan idola.
Perjalanan TWICE menuju audisi dan ketenaran seperti film yang penuh dengan keringat dan air mata, dengan setiap anggota memiliki kisah yang tidak diketahui di baliknya. Ulasan yang intens dan penuh nostalgia tersebut membuat kita bertanya-tanya: Dalam proses mengejar mimpi mereka, berapa banyak orang yang bersedia terus tumbuh dengan tantangan?
