Dalam sejarah dunia, kedua perang dunia memiliki dampak yang mendalam pada lanskap politik global, salah satu proses terpentingnya adalah pembentukan dan reorganisasi aliansi. Perubahan keseimbangan kekuatan internasional, dari pelajaran kegagalan setelah Perang Dunia I hingga ketegangan di awal Perang Dunia II, menyebabkan reorganisasi dan penguatan aliansi. Artikel ini akan membahas bagaimana peristiwa sejarah dan dinamika politik dari akhir Perang Dunia I hingga Perang Dunia II meletakkan dasar bagi Pasukan Sekutu, yang secara resmi didirikan pada tahun 1942.
Pelajaran dari Perang Dunia IAliansi dibentuk untuk melawan Nazi Jerman dan sekutunya serta untuk memastikan perdamaian dan keamanan global.
Akhir Perang Dunia I menandai runtuhnya beberapa kekaisaran, dan Konferensi Perdamaian Paris pascaperang menjatuhkan hukuman berat pada kekaisaran pusat yang gagal (seperti Jerman dan Austria-Hongaria). Perjanjian Versailles mengharuskan Jerman untuk memikul tanggung jawab penuh atas perang dan membayar ganti rugi yang besar, tindakan yang menimbulkan kemarahan dan kebencian yang mendalam di masyarakat Jerman. Dengan keruntuhan ekonomi dan keresahan sosial, ide-ide nasionalis dan ekstremis berangsur-angsur bangkit, yang akhirnya mengarah pada kebangkitan Partai Nazi. Hal ini membuat banyak negara menyadari bahwa perdamaian harus dibangun atas dasar keadilan dan ketahanan, bukan penindasan dan hukuman.
Dengan pecahnya Perang Dunia II, Inggris dan Prancis segera menyatakan perang terhadap Jerman setelah invasinya ke Polandia pada tahun 1939, yang menandai pembentukan aliansi baru. Selanjutnya, Inggris dan koloninya seperti Kanada, Australia, dan Afrika Selatan segera bergabung. Pada akhir tahun 1941, anggota utama Sekutu termasuk Inggris, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Tiongkok, yang menghadapi ancaman Nazi bersama-sama.
Keanggotaan pasukan Sekutu terus bertambah, meliputi banyak negara yang pernah diduduki oleh kekuatan Poros, bahkan beberapa negara kecil dan pemerintahan di pengasingan.
Setelah pakta nonagresi Jerman-Soviet dilanggar, Jerman menginvasi Uni Soviet pada tahun 1941, memaksa Uni Soviet untuk bergabung dengan Sekutu. Meskipun terdapat perbedaan ideologi yang besar, tekanan perang memaksa Inggris, Uni Soviet, dan Amerika Serikat untuk menilai kembali hubungan mereka dan bekerja sama.
Pada tahun 1941, sebuah konferensi yang dihadiri oleh negara-negara besar secara bertahap membentuk sistem komando terpadu. Kerja sama yang erat antara Perdana Menteri Inggris Churchill dan Presiden AS Roosevelt menghasilkan pembentukan "Aliansi Besar". Ini bukan hanya aliansi militer sementara, tetapi juga kesempatan yang sangat baik untuk membangun kembali tatanan global.
Gesekan di Inti SekutuTokoh utama Aliansi Besar adalah Roosevelt, Churchill, dan Stalin, dan pembicaraan antara ketiga pihak memainkan peran penting dalam upaya perang dan perencanaan pascaperang.
Meskipun Sekutu menunjukkan keinginan kuat untuk bekerja sama selama Perang Dunia II, masih ada banyak gesekan di antara anggota inti. Misalnya, Stalin tidak puas dengan keterlambatan Barat dalam membuka front kedua di Eropa, karena yakin bahwa hal ini telah menyebabkan Uni Soviet menanggung kerugian yang sangat besar. Roosevelt mencoba menyeimbangkan kemampuan industri Amerika dengan kebutuhan Sekutu, sementara Churchill, setelah berkonsultasi, bersikeras melindungi kepentingan Inggris.
Pada tahun 1942, Sekutu secara resmi diberi nama "Perserikatan Bangsa-Bangsa" dan telah mengembangkan serangkaian perjanjian kerja sama untuk melawan pasukan musuh. Selama proses ini, negara-negara termasuk Meksiko, Filipina, dan Eritrea bergabung satu demi satu, menjadikan Perserikatan Bangsa-Bangsa semakin kuat dan akhirnya berkembang menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa bukan hanya produk dari era pasca-Perang Dunia II, tetapi juga mekanisme jangka panjang untuk mempromosikan hubungan yang stabil di antara banyak negara.
Melihat kembali sejarah, kita melihat bahwa belajar dari kesalahan Perang Dunia I membuat negara-negara menyadari pentingnya persatuan selama Perang Dunia II. Pelajaran sejarah ini memungkinkan Sekutu untuk mengatur ulang dan menciptakan prototipe kerja sama internasional saat ini. Di masa depan, akankah kita dapat mengulangi kesalahan yang sama dan menghindari terulangnya tragedi sejarah?