Dengan pesatnya pertumbuhan populasi global, banyak ahli memperingatkan bahwa sumber daya dan ekosistem bumi sudah menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut penelitian terbaru, diperkirakan pada tahun 2050, populasi global dapat meningkat hingga 9 hingga 1 miliar orang. Hal ini tidak diragukan lagi akan menimbulkan tantangan dan dampak besar pada lingkungan alam, dan membuat kerja sama global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan menjadi lebih mendesak.
"Masalah lingkungan bukan hanya tantangan ekologis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi."
Masalah lingkungan meliputi perubahan iklim, polusi, degradasi ekologi, penipisan sumber daya, dll. Masalah-masalah ini tidak hanya memengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia, tetapi juga mengancam cara hidup di masa depan. Situasi ini menjadi lebih kompleks ketika kita mempertimbangkan dampak negatif lingkungan dari konsumsi berlebihan oleh orang-orang terkaya di dunia. Dalam Laporan Rekonsiliasi dengan Alam tahun 2021, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa solusi untuk krisis planet utama seperti polusi, perubahan iklim, dan hilangnya keanekaragaman hayati dapat terwujud jika semua pihak bersedia bekerja sama untuk mengatasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Masalah lingkungan utama saat ini meliputi perubahan iklim, polusi, degradasi ekologi, dan penipisan sumber daya. Masalah-masalah ini tidak hanya membutuhkan perubahan kebijakan internasional, tetapi juga tindakan untuk melindungi spesies yang terancam punah dan area alami yang memiliki nilai ekologis.
"Hanya melalui kolaborasi dan inovasi, kita dapat menciptakan perjalanan mental untuk memecahkan tantangan masa depan."
Dampak perubahan iklim mulai terasa di seluruh dunia, terutama pada populasi di daerah-daerah yang rentan. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) 2023 menyoroti dampak perubahan iklim yang tidak proporsional terhadap kelompok rentan, yang menantang kesehatan manusia dan risiko bagi ekosistem. Dengan hampir setengah dari populasi dunia yang tinggal di daerah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, situasi ini sangat membutuhkan tindakan global yang cepat dan berkelanjutan.
Menghadapi tantangan lingkungan, tindakan kita harus memiliki rasa keadilan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara-negara berkembang membutuhkan lebih banyak dana daripada sumber daya yang tersedia saat ini untuk menanggapi tantangan iklim secara efektif. Kesenjangan keuangan ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen global terhadap tindakan iklim yang adil dan menggarisbawahi perlunya peningkatan dukungan dan sumber daya secara signifikan.
"Solusi yang dapat dilaksanakan memerlukan integrasi pengetahuan dari berbagai sistem, termasuk pengetahuan ilmiah, pengetahuan adat, dan pengetahuan lokal."
Organisasi pemerintah menanggapi isu lingkungan di tingkat regional, nasional, atau internasional. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang didirikan pada tahun 1972, merupakan organisasi internasional terbesar di dunia yang didedikasikan untuk mempromosikan kebijakan perlindungan lingkungan. Selain itu, organisasi nonpemerintah internasional seperti Greenpeace, Friends of the Earth, dan World Wildlife Fund juga telah didirikan untuk melaksanakan advokasi lingkungan.
Di bidang budaya dan media, jumlah film tentang isu lingkungan juga terus meningkat, terutama tema perubahan iklim dan pemanasan global. Film dokumenter Al Gore tahun 2006 "The Inconvenient Truth" meraih kesuksesan komersial yang besar dan meningkatkan perhatian publik terhadap isu lingkungan.
Masalah lingkungan itu kompleks dan beragam, dengan dampak yang luas dan berkelanjutan. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, selain inovasi teknologi dan perubahan kebijakan, diperlukan juga perhatian dan tindakan semua pihak. Dalam menghadapi masa depan, dapatkah masyarakat global mencapai kesepakatan untuk bersama-sama mengatasi tantangan ini dan memungkinkan 9 hingga 1 miliar orang mencapai gaya hidup berkelanjutan?