Dengan kemajuan teknologi medis modern, stent koroner secara bertahap menjadi penyelamat penting bagi pasien penyakit jantung. Perangkat kecil seperti tabung ini ditempatkan di arteri koroner dan dirancang untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka dan membantu jantung mendapatkan pasokan darah yang cukup. Saat ini, karena penyakit kardiovaskular menjadi semakin serius, penggunaan stent koroner tidak hanya dapat mengurangi angina pektoris, tetapi juga secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien dan mengurangi gejala kedaruratan jantung.
"Penggunaan stent koroner telah mengubah lanskap kardiologi klinis, dengan banyak pasien dapat kembali ke kehidupan normal setelah menerima perawatan ini."
Stent koroner terutama ditanamkan melalui intervensi koroner perkutan (PCI). Dokter mempertimbangkan operasi stent ketika pasien mengalami serangan jantung atau memiliki gejala penyempitan arteri koroner jangka panjang.
Prosedur ini umumnya melibatkan pengiriman kateter yang berisi stent dan balon ke dalam arteri koroner jantung melalui arteri perifer (seperti arteri di lengan atau kaki), dan kemudian memasang stent ke dalam pembuluh darah yang menyempit dengan mengembangkan balon. Meskipun prosedur ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, sebagian besar pasien dapat tetap sadar dengan anestesi lokal.
“Stent dapat membantu memperluas arteri koroner yang tersumbat oleh arteriosklerosis, sebuah teknologi yang telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir.”
Sebagian besar pasien yang menerima stent tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dalam waktu lama setelah operasi. Proses pemulihan awal pasien terutama melibatkan pemantauan lokasi pemasangan kateter untuk melihat adanya perdarahan, dan juga akan menggunakan peralatan seperti elektrokardiogram untuk pemantauan. Untuk mencegah terbentuknya bekuan darah, tim medis akan segera memberikan antikoagulan, biasanya obat-obatan seperti clopidogrel (Plavix).
Pasien akan merasakan nyeri lokal dan kongesti setelah operasi, dan ini biasanya membaik secara bertahap dalam waktu sekitar seminggu. Pada minggu-minggu berikutnya, pasien perlu menghindari angkat berat dan olahraga berat agar luka operasi dapat sembuh. Pemeriksaan tindak lanjut secara teratur sangat penting untuk memantau kesehatan jantung.
Meskipun komplikasi dari pemasangan stent koroner relatif jarang, pasien mungkin masih terpapar berbagai risiko, termasuk detak jantung tidak teratur, pendarahan, dan restenosis stent. Restenosis sangat bermasalah, yang dapat terjadi ketika jaringan parut yang terbentuk oleh stent menyebabkan pembuluh darah menyempit lagi.
"Banyak studi klinis telah mengonfirmasi bahwa pemasangan stent koroner dapat mengurangi kejadian kejadian jantung akut, tetapi pada pasien dengan angina stabil, efek pemasangan stent yang memperpanjang hidup masih dipertanyakan dibandingkan dengan terapi medis yang optimal."
p>
Seiring berjalannya waktu, komunitas medis terus melakukan penelitian mendalam tentang stent koroner. Pada pasien dengan sindrom koroner akut, revaskularisasi stent secara signifikan membantu mengurangi mortalitas dan komplikasi. Namun, efektivitasnya pada pasien dengan penyakit arteri koroner stabil masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Seperti yang ditunjukkan dalam uji coba COURAGE, pemasangan stent koroner tidak menunjukkan peningkatan signifikan dalam kelangsungan hidup di antara pasien dengan angina stabil yang menerima terapi medis yang optimal. Selain itu, uji coba SYNTAX juga menunjukkan bahwa kemanjuran stent dan operasi bypass serupa dalam beberapa kasus, tetapi yang terakhir memiliki risiko bedah yang berbeda.
Sejarah stent koroner dapat ditelusuri kembali ke tahun 1972, saat Dr. Robert A. Ersek pertama kali dipatenkan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, desain stent saat ini berkembang menuju bahan yang biokompatibel dan stent yang dapat diserap untuk lebih mengurangi dampak pada tubuh manusia.
Secara keseluruhan, stent koroner tidak diragukan lagi telah membawa harapan dan kehidupan baru bagi banyak pasien penyakit jantung, yang mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih mudah. Namun, kita juga harus berpikir lebih dalam, selain teknologi stent itu sendiri, cara lain apa yang dapat lebih meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit jantung?