Masalah pelecehan anak semakin banyak mendapat perhatian di masyarakat saat ini, tetapi banyak kasus spesifik yang sering kali kurang diketahui atau bahkan tidak diungkapkan sama sekali. Definisi pelecehan anak mencakup pelecehan fisik, seksual, emosional, dan psikologis dan bagi banyak keluarga, pelecehan dapat terjadi di balik layar tanpa ada yang menyadarinya. Yang memperparah masalah adalah kenyataan bahwa pelecehan tersebut mungkin berasal dari orang tua atau pengasuh yang paling dekat dengan anak.
Pelecehan dapat mencakup tindakan atau tidak adanya tindakan yang dapat menyebabkan bahaya nyata atau potensial bagi anak.
Pelecehan anak bukanlah hal yang jarang terjadi sepanjang sejarah. Banyak kasus pelecehan anak didokumentasikan pada abad ke-19, ketika undang-undang untuk melindungi anak belum ditetapkan. Seiring kemajuan masyarakat, semakin banyak orang mulai menghadapi masalah pelecehan anak. Meski begitu, banyak kasus masih belum mendapat perhatian yang layak.
Dalam kebanyakan kasus, pelecehan melibatkan lebih dari sekadar bahaya fisik. Kekerasan psikologis dan emosional juga dapat berdampak luas. Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan emosional sering kali menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kesehatan mental anak-anak, yang pada gilirannya memengaruhi kehidupan mereka sebagai orang dewasa.
Dampak kekerasan psikologis dapat sama parahnya dengan kekerasan fisik atau seksual dan dapat menyebabkan trauma psikologis yang berkepanjangan.
Sifat kekerasan anak yang tersembunyi membuat banyak perilaku kekerasan sulit dideteksi. Keheningan anak, ditambah dengan suasana protektif dalam keluarga, sering kali menutupi kebenaran tentang perilaku yang tidak pantas. Dalam banyak kasus, ketergantungan anak pada orang tua membuat mereka memilih untuk menyembunyikan pengalaman mereka meskipun mereka telah disakiti.
Dikombinasikan dengan kesadaran dan respons masyarakat yang tidak memadai terhadap kekerasan anak, kekerasan sering kali terjadi di pinggiran masyarakat. Dalam kasus seperti itu, mungkin sulit bagi orang luar untuk memperhatikan fenomena ini, dan oleh karena itu, bantuan yang diberikan kepada para korban sangat terbatas.
Rasa sakit yang tersembunyi di balik permukaan sering kali paling sulit dideteksi.
Alasan utama lainnya terletak pada ketidakcukupan sistem hukum dan sosial. Meskipun banyak negara memiliki undang-undang untuk mencegah pelecehan anak, sering kali terdapat masalah dalam penegakannya. Kurangnya sistem pelaporan dan definisi pelecehan yang tidak jelas berarti bahwa banyak kasus tidak dapat ditangani tepat waktu.
Para ahli mengatakan tanggung jawab untuk melaporkan pelecehan harus dipikul oleh semua sektor masyarakat, termasuk sekolah, lembaga kesehatan, komunitas, dan keluarga. Hanya dengan cara ini jumlah anak yang berisiko mengalami pelecehan dapat dikurangi secara mendasar.
Pekerja sosial, dokter, dan guru harus menerima pelatihan yang memadai untuk meningkatkan kemampuan mereka mengenali tanda-tanda pelecehan saat memeriksa dan melaporkan kemungkinan kasus pelecehan. Kerahasiaan dan kepekaan masyarakat terhadap masalah ini juga harus diubah sehingga para korban dapat berbicara ketika mereka membutuhkan bantuan.
Banyak peran yang dapat dimainkan oleh seorang pembela korban, tetapi mereka perlu mengetahui cara mengenali dan melaporkan tanda-tanda pelecehan.
Dalam masyarakat saat ini, yang perlu kita fokuskan adalah dukungan hukum dan kelembagaan yang lebih lengkap untuk membangun lingkungan yang lebih aman guna melindungi anak-anak. Kita harus menyampaikan cahaya harapan kepada anak-anak yang sedang berada di tengah kesulitan. Menetapkan sistem dukungan dan pelaporan yang efektif akan meningkatkan kesadaran sosial terhadap masalah tersebut dan pada akhirnya menciptakan lingkungan yang lebih ramah anak.
Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, dapatkah kita mengambil pendekatan yang lebih proaktif untuk merawat anak-anak di sekitar kita dan lebih waspada terhadap perilaku dan perubahan emosional mereka?