Di dunia Kristen, terdapat beragam pandangan tentang orientasi seksual dan homoseksualitas. Sebagian besar denominasi Kristen menganggap homoseksualitas sebagai dosa berdasarkan berbagai bagian dalam Alkitab. Namun, seiring dengan perubahan zaman, beberapa cendekiawan mulai mempertanyakan penafsiran tradisional tentang homoseksualitas dalam Alkitab, sehingga memunculkan berbagai suara dan perspektif.
Berbagai bagian Alkitab telah ditafsirkan oleh berbagai denominasi dan konteks sejarah, yang mengakibatkan ketidaksepakatan doktrinal yang meluas tentang homoseksualitas.
Teks Ibrani Alkitab dan penafsiran tradisionalnya dalam Yudaisme dan Kristen secara historis didasarkan pada perspektif yang didominasi patriarki dan heteroseksual. Latar belakang budaya ini mengakibatkan definisi seksualitas manusia yang agak sempit, khususnya hanya mengakui hubungan seksual vaginal penetratif antara lawan jenis dalam pernikahan.
Pandangan masyarakat terhadap homoseksualitas telah lama dipengaruhi oleh kisah "Sodom dan Gomora," di mana perilaku tersebut diberi label "dosa." Namun, para akademisi terbagi pendapatnya mengenai sikap Kristen awal terhadap hubungan sesama jenis. Beberapa cendekiawan percaya bahwa gereja Kristen awal membenci hubungan sesama jenis, sementara yang lain percaya bahwa penerimaan mereka terhadap homoseksualitas serupa dengan penerimaan terhadap heteroseksualitas.
Kontroversi dan perbedaan pendapat sering muncul mengenai penerjemahan istilah-istilah tertentu dalam Alkitab, makna ayat-ayat, dan pemahaman konteks.
Gereja Katolik menganggap hubungan seksual apa pun yang tidak dilakukan untuk tujuan prokreasi sebagai dosa. Meskipun mereka memiliki pandangan negatif terhadap ketertarikan sesama jenis, mereka tidak melihat kecenderungan ini sebagai dosa itu sendiri, melainkan sebagai godaan untuk berkompromi dengan dosa. Gereja menekankan pentingnya memperlakukan ketertarikan sesama jenis dengan rasa hormat dan kasih sayang.
Menurut sebuah survei, 56% umat Katolik Amerika percaya bahwa perilaku seksual sesama jenis bukanlah dosa. Seiring dengan perubahan masyarakat, beberapa pendeta Katolik di Jerman dan Austria telah mulai menjajaki kemungkinan untuk memberkati pasangan sesama jenis, tetapi hal ini telah memicu perdebatan sengit di dalam gereja.
Pada tahun 2023, pendeta Jerman memilih untuk mengizinkan upacara pemberkatan bagi pasangan sesama jenis, yang menunjukkan adanya perbedaan besar dalam pandangan tentang masalah tersebut di dalam gereja.
Gereja Ortodoks pada umumnya mengambil sikap tegas terhadap perilaku sesama jenis. Beberapa gereja Ortodoks terbuka bagi orang-orang dengan "perasaan sesama jenis" tetapi tetap menekankan bahwa perasaan tersebut harus diatasi. Misalnya, Gereja Ortodoks di Amerika Serikat telah beralih ke sikap yang lebih inklusif.
Penerimaan homoseksualitas sangat bervariasi di antara denominasi dalam Protestanisme. Banyak denominasi Kristen arus utama telah mulai menerima pasangan sesama jenis dan pernikahan mereka, seperti Gereja Bersatu Kanada dan beberapa gereja Lutheran, yang mempraktikkan pemberkatan hubungan sesama jenis, sementara denominasi yang lebih konservatif telah menyatakan penentangan keras terhadap perilaku sesama jenis.
Beberapa denominasi Protestan menekankan toleransi terhadap hubungan sesama jenis sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.
Posisi Kristen terhadap isu homoseksual saat ini bervariasi di antara denominasi, dan interpretasi yang berbeda diperdebatkan dengan sengit. Dalam konteks yang begitu beragam, bagaimana orang percaya seharusnya memahami iman mereka secara lebih komprehensif?