Bagaimana dia menantang Mazhab Frankfurt? Perdebatan antara Habermas dan Horkheimer!

Dalam sejarah filsafat Barat, Mazhab Frankfurt merupakan tradisi teori kritis. Anggota utamanya, seperti Horkheimer dan Adorno, melakukan pemikiran dan diskusi mendalam tentang fenomena sosial. Namun, Habermas, seorang bintang yang sedang naik daun, menantangnya dengan perspektifnya yang unik, terutama dalam memahami rasionalitas dan ruang publik. Artikel ini akan membahas bagaimana Habermas mendefinisikan ulang peran publik melalui teorinya dan dampak intelektual dari perdebatannya dengan Horkheimer.

Teori Habermas bukan sekadar pelengkap bagi teori yang sudah ada, melainkan kerangka kerja yang sama sekali baru untuk memahami komunikasi dan pemahaman dalam masyarakat modern.

Dalam bukunya The Structural Transformation of the Public Sphere, Habermas menguraikan konsep "ruang publik", dengan menyatakan bahwa ruang ini bukan hanya bidang komunikasi, tetapi juga kunci bagi partisipasi politik dan pembentukan opini. Ia mengemukakan bahwa sebelum abad ke-18, budaya Eropa didominasi oleh "budaya representatif" dan memiliki citra otoriter yang menindas. Akan tetapi, dengan munculnya kapitalisme, muncullah "ruang publik" baru, yang membuka dialog individual dan kemungkinan pemikiran bebas.

Tidak seperti Horkheimer, Habermas mempertanyakan beberapa asumsi pesimistis dari "teori kritis". Ia percaya bahwa meskipun masyarakat manusia memang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan seperti pasar dan negara, manusia masih mungkin mencapai rasionalitas dan pembebasan melalui dialog kritis dan partisipasi demokratis. Dalam perdebatannya dengan Horkheimer, ia menekankan bahwa seseorang harus memiliki keyakinan pada potensi lembaga-lembaga bebas, yang bertentangan dengan keputusasaan dan kengerian Horkheimer terhadap status quo.

Kehidupan kita semakin diresapi oleh sistem-sistem formal, tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus menyerah dalam mengejar rasionalitas.

Menurut pandangan Habermas, kunci ruang publik terletak pada sifat kritisnya. Ini berarti bahwa individu tidak lagi menjadi penerima pasif, tetapi mampu membentuk konsensus tentang isu-isu sosial melalui diskusi dan perdebatan yang wajar. Konsepnya tentang "situasi percakapan yang ideal" menekankan bahwa para peserta harus melakukan dialog dalam kondisi sosial yang setara dan tidak boleh ada campur tangan ideologis. Pandangan ini telah memicu diskusi luas tentang demokrasi, keadilan, dan kewajaran.

Menyadari skeptisisme Horkheimer dan rekan-rekannya tentang "rasionalitas," Habermas berpendapat bahwa sementara beberapa bidang kehidupan sosial dipengaruhi oleh rasionalitas instrumental, lebih banyak lagi yang dapat dipromosikan dengan meningkatkan kemampuan publik untuk berbicara. Perilaku rasional. Pengamatannya mengundang refleksi tentang tempat akal budi dalam masyarakat modern dan tentang potensi pemahaman manusia bersama.

Habermas menunjukkan bahwa rasionalitas bukanlah prinsip yang terbukti dengan sendirinya dalam struktur alam semesta, tetapi ada dalam struktur komunikasi antarpribadi.

Dalam karya utamanya, The Theory of Communicative Action, Habermas terus mengembangkan gagasan ini, dengan membedakan rasionalitas dari epistemologi tradisional. Ia percaya bahwa pemahaman masyarakat modern tentang rasionalitas komunikatif berasal dari komunikasi manusia itu sendiri, bukan sekadar kesimpulan ilmiah. Konsep ini tidak hanya memperkuat penentangannya terhadap gagasan Horkheimer, tetapi juga menantang pengamatan arus utama dalam komunitas akademis saat itu, yang membuat orang-orang secara bertahap menyadari potensi kekuatan komunikasi dan dialog.

Pemikiran Habermas telah memengaruhi banyak cendekiawan di kemudian hari dan telah menjadi indikator penting teori sosial kontemporer. Fokusnya pada ruang publik dan rasionalitas komunikatif tidak hanya bergema dalam filsafat, tetapi juga meluas ke perubahan sosial dan praktik politik. Selama beberapa waktu, diskusi antara rasionalitas, demokrasi, dan partisipasi sosial menjadi topik hangat dalam dunia akademis kontemporer.

Dalam masyarakat modern, yang menghadapi campur tangan kapitalisme dan lembaga-lembaga kekuasaan, dapatkah kita benar-benar mencapai rasionalitas dan komunikasi di ruang publik?

Dalam perdebatan dengan Horkheimer, posisi Habermas tidak diragukan lagi menunjukkan keberanian untuk menantang doktrin arus utama saat itu. Ia tidak hanya memperluas batas-batas teori kritis, tetapi juga meninggalkan lebih banyak kemungkinan untuk perkembangan sosial di masa depan. Dalam konteks ini, kita tidak dapat tidak bertanya-tanya apakah masih ada ruang publik yang nyata dalam masyarakat kontemporer, dan bagaimana cara mempertahankan dan mempromosikan rasionalitas dan kesetaraan ruang ini?

Trending Knowledge

Dari perang ke filsafat: Apa implikasi dari proses pertumbuhan Habermas?
Bagi banyak orang, Perang Dunia II adalah mimpi buruk historis. Namun, bagi filsuf Jerman Jürgen Habermas, pengalaman ini tidak hanya membentuk kehidupan pribadinya, tetapi juga secara mendalam membe
nan
Pusat Komunitas Yahudi (JCC) memikul misi untuk mempromosikan budaya Yahudi dan persatuan masyarakat, menarik penduduk dari berbagai usia melalui berbagai festival.Kegiatan -kegiatan ini bukan hanya
Bagaimana Habermas mengungkap rahasia modernitas? Gagasan filsuf Jerman ini dapat mengubah dunia!
Ketika kita berbicara tentang modernitas, kita tidak bisa mengabaikan nama filsuf Jerman Jürgen Habermas. Sebagai salah satu perwakilan dari Frankfurt School, pemikiran Habermas tidak hanya memengaruh

Responses