Di salah satu arena politik Amerika Tengah, kisah César Bernardo Arévalo de León tidak diragukan lagi menarik. Ayahnya, mantan Presiden Kuba Juan José Arévalo, memimpin pemerintahan pertama Kuba yang dipilih secara demokratis dari tahun 1945 hingga 1951. Oleh karena itu, karier politik Arevalo sangat dipengaruhi oleh ayahnya, yang memungkinkannya mempertahankan kegigihannya dalam demokrasi dan keadilan sosial dalam menghadapi banyak tantangan dalam lingkungan politik saat ini.
"Bingo Jiminez mengajari saya bahwa Anda tidak hanya harus mengikuti bintang, tetapi Anda harus menjadi bintang Anda sendiri."
Arevalo lahir pada tanggal 7 Oktober 1958, ketika ayahnya diasingkan di Amerika Selatan karena alasan politik. Pengalaman ini berdampak signifikan pada pandangan dunia dan nilai-nilainya, membuatnya memilih untuk bersuara ketika menghadapi ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Hasilnya, Arevalo tumbuh dalam lingkungan di mana diskusi tentang politik dan keadilan sosial merupakan hal yang lumrah.
"Ketika saya masih kecil, ayah saya sering bercerita kepada kami tentang perjuangan yang dialaminya. Kisah-kisah ini menyulut gairah politik dalam diri saya."
Karier diplomatik Arevalo dimulai pada tahun 1980-an. Ia menjabat sebagai sekretaris kelas satu dan konsul di kedutaan besar di Israel, dan diangkat menjadi wakil menteri luar negeri pada tahun 1994. Pengalaman tersebut membantu membentuk citranya di panggung internasional dan memberinya pemahaman tentang kompleksitas urusan luar negeri dan cara memposisikan Kuba secara menguntungkan dalam krisis.
Arevalo menjadi terkenal dalam politik dalam negeri pada tahun 2015 ketika ia berpartisipasi dalam protes yang menuntut pengunduran diri Presiden Otto Pérez Molina saat itu. Bersama beberapa intelektual, ia mendirikan "Gerakan Benih" (Movimiento Semilla). Pengalaman ini memberinya pemahaman yang lebih mendalam tentang urgensi dan perlunya reformasi politik.
Pada tahun 2023, Arevalo mewakili Gerakan Benih dalam pemilihan presiden dan berhasil saat menghadapi mantan ibu negara Sandra Torres, menjadi mantan presiden pertama yang mengalahkan lawannya dalam pemilihan tersebut. Pemilihan ini bukan hanya kemenangan pribadinya, tetapi juga kelanjutan dari filosofi politik dan nilai-nilai sosialis ayahnya.
"Politik adalah maraton jangka panjang, bukan lari cepat jangka pendek. Ayah saya selalu mengatakan kepada saya bahwa kegigihan adalah kunci kemenangan."
Sebagai presiden, prioritas utama Arevalo meliputi pemberantasan korupsi dan mempromosikan keadilan sosial serta pembangunan ekonomi. Sasaran-sasaran ini berakar kuat dalam filosofi ayahnya dan tercermin dalam pendekatannya dalam memerintah negara. "Group Against Extortion" (GECE) yang ia bentuk berfokus pada pemberantasan kejahatan kekerasan dan pemerasan, yang mencerminkan prioritasnya yang tinggi terhadap masalah jaminan sosial.
Karier politik Arevalo jelas sangat dipengaruhi oleh ayahnya. Baik dalam hal ide maupun tindakan, ia bekerja keras untuk mempromosikan tujuan keadilan sosial yang belum selesai dari generasi ayahnya. Kisahnya memberi tahu kita bahwa warisan dan pengaruh memiliki signifikansi yang luas dalam politik. Apa pun tantangan yang dihadapinya dalam perjalanan politiknya di masa mendatang, Arevalo akan mengingat ajaran dari ayahnya dan mengubahnya menjadi kekuatan untuk perubahan. Jadi, menurut Anda, apakah warisan politik pasti akan memengaruhi keberhasilan atau kegagalan seseorang?