Di otak, perubahan mikroskopis—terutama yang terjadi pada tonjolan dendritik—memainkan peran penting dalam mendorong pembelajaran dan memori. Tonjolan dendritik adalah tonjolan membran kecil pada dendrit neuron yang biasanya menerima masukan dari satu akson di lokasi sinaptik dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan kekuatan sinaptik, yang membantu mengirimkan sinyal listrik ke badan sel neuron.
Keberadaan tonjolan dendritik tidak hanya menyediakan dasar struktural untuk penyimpanan memori dan transmisi sinaptik, tetapi juga meningkatkan jumlah kemungkinan koneksi antara neuron.
Karakteristik struktural tonjolan dendritik menjadikannya komponen integral dari proses pembelajaran. Setiap neuron dapat membawa ratusan hingga ribuan tonjolan dendritik pada dendritnya, dan struktur kecil ini terus berubah untuk beradaptasi dengan rangsangan eksternal. Memperbaiki bentuk dan ukuran tonjolan dendritik dianggap terkait erat dengan intensitas pembelajaran dan memori.
Tonjolan dendritik biasanya terdiri dari kepala yang membesar dan leher tipis yang terhubung ke batang dendritik. Bergantung pada bentuknya, tonjolan dendritik dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti "ramping", "pendek", "berbentuk jamur", dan "bercabang dua". Variabilitas dalam struktur ini diperkirakan terkait dengan kekuatan dan tahap pematangan sinaps.
Menurut studi mikroskop elektron, bentuk dan volume tonjolan dendritik berkorelasi dengan kekuatan dan kematangan koneksi sinaptik yang berbeda.
Studi telah menunjukkan bahwa tonjolan dendritik tersebar di sebagian besar neuron aktif, seperti neuron piramidal di korteks, neuron spinosus sedang di striatum, dan sel Purkinje di serebelum. Khususnya pada neuron piramidal hipokampus dan korteks serebral, setiap neuron dapat menerima puluhan ribu rangsangan dari neuron lain.
Plastisitas sinaptik punggungan dendritik bertanggung jawab atas respons cepatnya terhadap rangsangan, suatu proses yang terutama diatur oleh sitoskeleton. Duri dendritik kaya akan F-aktin, yang memungkinkannya untuk berubah bentuk dengan cepat dan secara langsung memengaruhi sifat elektrofisiologis. Misalnya, ketika deformasi mikroskopis pada punggungan dendritik dikaitkan dengan penyimpanan memori selama pembelajaran, stabilitas deformasi ini memainkan peran penting dalam hasil pembelajaran.
Jika bentuk dan ukuran punggungan dendritik terus berubah, informasi dapat hilang.
Fungsi duri dendritik ditunjukkan tidak hanya dalam hubungannya dengan neuron lain tetapi juga dalam dampaknya pada pembelajaran dan memori. Pembentukan dan penyesuaian punggungan dendritik selama pembelajaran berubah seiring dengan pengalaman, dan perubahan ini mungkinmemengaruhi kemampuan untuk mempertahankan dan mengingat kembali memori.
Ketika morfologi punggungan dendritik berubah, jalur molekuler seperti Rho GTPase diaktifkan, yang memainkan peran penting dalam pembentukan, pematangan, dan plastisitas punggungan dendritik. Misalnya, aktivasi RhoA dan Cdc42 menyebabkan peningkatan volume punggungan dendritik, membuat koneksi sinaptik lebih kuat dan lebih tahan lama. Perubahan ini tidak hanya secara langsung memengaruhi fungsi neuron, tetapi juga memiliki efek mendalam pada persistensi pembelajaran dan memori.
Perubahan struktural pada punggungan dendritik tidak hanya memengaruhi plastisitas sinaptik tetapi juga memengaruhi efisiensi pemrosesan informasi.
Misalnya, dalam proses mempelajari keterampilan baru, stabilitas dan pertumbuhan punggungan dendritik merupakan indikator penting dari proses ini. Efek rangsangan lingkungan pada tonjolan dendritik menunjukkan bahwa struktur kecil ini tidak hanya mengatur ulang jaringan saraf dengan menambahkan bentuk baru atau mengubah bentuk, tetapi juga memengaruhi pembentukan dan penyimpanan memori jangka panjang.
Plastisitas tonjolan dendritik dan perannya dalam pembelajaran dan memori semakin mendapat perhatian. Studi menunjukkan bahwa jumlah dan volume tonjolan dendritik berubah secara signifikan selama pembelajaran. Dibandingkan dengan usia muda, tonjolan dendritik pada usia dewasa menunjukkan pola yang berbeda dalam jumlah dan stabilitas, yang juga dapat memengaruhi stabilitas memori dan pemeliharaan kemampuan belajar jangka panjang.
Dinamika tonjolan dendritik selama pembelajaran dapat menjadi mekanisme penting untuk mempertahankan memori jangka panjang.
Sementara itu, temuan yang ada tentang penurunan kognitif terkait usia dan kaitannya dengan perubahan pada tulang dendritik semakin memperjelas pentingnya kesehatan dan fungsi tulang dendritik terhadap fungsi otak secara keseluruhan. Kita jadi bertanya-tanya, bagaimana cara meningkatkan kesehatan tulang dendritik, dan apakah hal itu dapat meningkatkan kemampuan belajar dan ingatan kita?