Dalam kehidupan sehari-hari, bias berpikir ada di mana-mana, memengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan kita. Terutama ketika kita menghadapi situasi yang tidak pasti, psikolog telah mengungkap melalui berbagai penelitian mekanisme psikologis yang memengaruhi pemikiran kita, terutama peran heuristik ketersediaan. Heuristik ketersediaan adalah jalan pintas mental yang menilai frekuensi dan pentingnya topik atau keputusan tertentu berdasarkan contoh yang dapat langsung diingat oleh seseorang. Dengan cara ini, ia membuat kita sangat rentan terhadap informasi terkini dan mengabaikan kebenaran yang lebih lengkap.
Heuristik ketersediaan beroperasi berdasarkan prinsip bahwa "jika sesuatu dapat diingat, maka itu pasti penting." Cara berpikir ini memudahkan orang untuk mengevaluasi frekuensi atau pentingnya peristiwa tertentu secara berlebihan.
Konsep heuristik ketersediaan pertama kali diusulkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1970-an. Penelitian mereka menantang gagasan sebelumnya tentang perilaku manusia yang rasional, dengan mencatat bahwa dalam situasi ketidakpastian, penilaian manusia sering kali bergantung pada heuristik penyederhanaan yang terbatas daripada penalaran logis yang cermat. Penemuan ini mendorong penelitian dalam bidang psikologi, hukum, kedokteran, dan ilmu politik, serta membuat orang-orang memikirkan kembali hakikat penilaian manusia.
Eksperimen klasik yang dilakukan oleh Tversky dan Kahneman adalah pada huruf "K". Mereka bertanya kepada peserta apakah, ketika sebuah kata dipilih secara acak dari teks bahasa Inggris, kata tersebut akan lebih mungkin muncul dengan awalan "K" atau dengan "K" sebagai huruf ketiga. Hasilnya menunjukkan bahwa karena peserta dapat mengingat kata-kata yang dimulaian dengan "K" (seperti "kangaroo," "kitchen," dll.), mereka secara keliru percaya bahwa kata-kata ini lebih sering muncul, mengabaikan bahwa kata-kata tersebut sebenarnya mengandung "K" karena Ada lebih banyak kata dengan huruf ketiga.
Orang cenderung membandingkan ketersediaan dua kategori saat menjawab pertanyaan, yang menyebabkan pilihan yang umum digunakan terlihat sebagai pilihan yang lebih umum.
Liputan media memainkan peran penting dalam membentuk persepsi risiko publik. Misalnya, ketika berita sering melaporkan kasus penculikan anak, orang terlalu percaya bahwa kejadian insiden ini lebih tinggi, dan hubungan sebab akibat antara keduanya sangat jelas. Liputan media yang luas tentang peristiwa yang berdampak sering membuat orang meremehkan risiko peristiwa umum.
Dalam penilaian risiko kesehatan, ketakutan dokter dan publik terhadap AIDS mungkin disebabkan oleh ketersediaan penyakit tersebut di media. Penelitian menunjukkan bahwa ketika peserta dihadapkan dengan informasi tentang suatu penyakit, informasi yang lebih mudah diingat memengaruhi penilaian mereka terhadap risiko penyakit tersebut.
Di pasar keuangan, investor sering kali mengandalkan heuristik ketersediaan untuk penilaian risiko. Volatilitas pasar terkini masih segar dalam ingatan mereka, yang memengaruhi keputusan investasi mereka. Penelitian menunjukkan bahwa investor terlalu memperhatikan informasi terkini saat membuat keputusan, yang menyebabkan kesalahan dalam penilaian, seperti melebih-lebihkan risiko pasar.
Penelitian Craig R. Fox menunjukkan bahwa ketika siswa mengevaluasi suatu kursus, tingkat kesulitan konten yang mereka ingat memengaruhi penilaian mereka. Jika siswa diminta untuk membuat daftar beberapa saran untuk perbaikan, evaluasi keseluruhan mereka terhadap kursus tersebut cenderung menjadi tidak rasional karena kesulitan mengingat. Efek yang sama telah dikonfirmasi pada anak-anak.
Heuristik ketersediaan memengaruhi keputusan hakim dan juri dalam praktik hukum. Orang cenderung menilai ilegalitas perilaku tertentu berdasarkan kasus-kasus penting yang dilaporkan oleh media, tetapi menutup mata terhadap sejumlah besar kasus biasa, yang sampai batas tertentu memengaruhi keadilan peradilan.
Singkatnya, heuristik ketersediaan adalah fenomena psikologis yang sangat berpengaruh yang menembus setiap aspek kehidupan kita, mulai dari pengambilan keputusan hingga penilaian. Namun, di era ledakan informasi ini, dengan begitu banyak informasi yang tersedia, dapatkah kita dengan jelas mengidentifikasi mana yang penting dan mana yang menyesatkan?