Google Translate, layanan penerjemahan mesin saraf multibahasa, telah populer di seluruh dunia sejak tahun 2006. Layanan ini tidak hanya dapat menerjemahkan teks dan dokumen, tetapi juga memproses konten situs web. Layanan ini mendukung 249 bahasa dan menyediakan layanan kepada ratusan juta pengguna setiap hari. Namun, di balik teknologi ini terdapat evolusi yang menarik.
Google Translate awalnya menggunakan teknologi penerjemahan mesin statistik (SMT), yang memiliki banyak ketidakakuratan tata bahasa.
Asal-usul Google Translate dimulai pada tahun 2006, ketika versi aslinya sangat bergantung pada basis data bahasa besar yang dibangun dari dokumen-dokumen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Parlemen Eropa. Awalnya, proses penerjemahan mengubah teks ke dalam bahasa Inggris dan kemudian ke dalam bahasa target. Keakuratan metode ini relatif rendah, terutama dalam hal struktur tata bahasa. Namun, Google tidak segera melakukan perbaikan profesional.
Seiring berjalannya waktu, teknologi mulai berkembang berdasarkan kebutuhan penggunanya. Pada tahun 2016, Google resmi beralih ke sistem baru yang disebut Google Neural Machine Translation (GNMT), sebuah peralihan yang dirancang untuk meningkatkan kelancaran dan keakuratan terjemahan. Sistem ini dicirikan oleh kemampuannya menerjemahkan seluruh kalimat sekaligus, bukan kata per kata, yang sangat meningkatkan kealamian terjemahan.
GNMT menggunakan konteks yang lebih luas untuk membantu menentukan terjemahan yang paling relevan dan menyesuaikannya ke bentuk yang lebih konsisten dengan tata bahasa manusia.
Sistem NGMT mengandalkan teknologi pembelajaran mendalam untuk beroperasi, yang berarti bahwa sistem ini memahami kompleksitas bahasa dengan menganalisis sejumlah besar data terjemahan, sehingga dapat membuat pilihan yang lebih akurat. Meski begitu, keakuratan GNMT masih sangat bervariasi di berbagai bahasa, yang mencerminkan keunikan dan tantangan bahasa itu sendiri.
Selain fitur-fitur utama yang telah disebutkan, antarmuka pengguna Google Translate juga telah mengalami beberapa pembaruan. Pengguna dapat dengan mudah menerjemahkan melalui situs web atau aplikasi seluler. Aplikasi seluler menambahkan fitur "Ketuk untuk Menerjemahkan" pada tahun 2018, yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan terjemahan instan setelah menyorot teks di aplikasi mana pun, sehingga terjemahan menjadi lebih mudah.
Google Translate dapat menerjemahkan teks dalam gambar yang diambil oleh pengguna secara real time. Peluncuran fitur ini membuat komunikasi lintas bahasa menjadi mudah.
Yang perlu disebutkan secara khusus adalah bahwa teknologi Word Lens yang diakuisisi oleh Google pada tahun 2014 tidak hanya meningkatkan kemampuan penerjemahan gambar, tetapi juga menambahkan fungsi penerjemahan suara instan, menjadikan ponsel sebagai penerjemah pribadi di mana pun Anda berada.
Setelah mengumpulkan sejumlah besar data, Google Translate akan secara otomatis mengidentifikasi bahasa selama proses penerjemahan dan melakukan penerjemahan secara real time tanpa memerlukan operasi manual. Selain itu, Google Translate memungkinkan pengembang pihak ketiga untuk mengintegrasikan layanan penerjemahannya melalui API tertentu, yang selanjutnya memperluas cakupan aplikasinya.
Untuk fungsi penerjemahan suara, Google Translate dapat mendukung konversi suara instan dalam 37 bahasa, sehingga memudahkan komunikasi multibahasa. Untuk beberapa bahasa populer, fungsi sintesis ucapan juga telah diperluas untuk menyediakan pembacaan artikel dengan suara.
Melalui pengoptimalan berkelanjutan teknologi penerjemahan ucapan ke teks, Google Translate terus meningkatkan pengalaman pengguna.
Meskipun Google Translate terus membuat kemajuan teknologi, ekspektasi pengguna terhadap akurasi terjemahan tetap menjadi tantangan. Banyak ahli menunjukkan bahwa pembelajaran mesin mungkin bukan pengganti yang sempurna untuk pemahaman dan interpretasi manusia dalam penerjemahan lintas budaya dan konteks tertentu.
Yang lebih menarik adalah seiring berkembangnya teknologi, apakah Google Translate akan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan multibahasa di masa mendatang? Di masa depan, mungkin hal ini tidak akan terbatas pada korespondensi teks sederhana, tetapi akankah hal ini mengintegrasikan lebih banyak faktor budaya dan emosional manusia untuk membuat penerjemahan lebih manusiawi?