Islam Ortodoks, yang secara umum dianggap sebagai salah satu cabang utama Islam, sangat berbeda dari sekte-sekte lainnya. Pentingnya konsep "ortodoksi" dalam Islam dan berbagai variannya tidak dapat diabaikan karena konsep ini berkaitan dengan hakikat keimanan, keberlangsungan tradisi, dan hubungan antarsekte.
Islam Ortodoks bukan hanya bagian dari keimanan, tetapi juga merupakan kombinasi sosial dan budaya yang mencerminkan warisan dan nilai-nilai komunitas Muslim yang luas.
Islam Ortodoks biasanya merujuk pada Islam Sunni, yang keyakinannya didasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Teks-teks ini dianggap sebagai wahyu yang disampaikan oleh Muhammad. Kaum Sunni merupakan mayoritas Muslim di seluruh dunia, dan sekte utama yang berseberangan adalah Islam Syiah, yang keyakinan dan praktiknya sangat berbeda.
Perbedaan antara Islam ortodoks dan sekte lain dapat dilihat dari beberapa aspek:
Dalam Sunni, semua Muslim dianggap setara; dalam Syiah, Imam dianggap sebagai pemimpin agama dan penafsir doktrin yang dipilih secara khusus.
Istilah ortodoksi sangat penting bagi kemurnian dan keberlanjutan iman Roma di antara banyak denominasinya. Apa yang diungkapkannya bukan hanya pengakuan doktrin, tetapi juga pengakuan budaya dan sejarah bersama.
Penggunaan kata ortodoksi mencerminkan pengejaran kepercayaan yang "benar" di antara orang-orang beriman dan penolakan terhadap sekte-sekte pinggiran dan ajaran sesat.
Dengan perubahan dalam masyarakat modern, Islam ortodoks menghadapi tantangan dari perubahan sosial dan budaya. Banyak Muslim yang mempertimbangkan kembali hubungan antara iman mereka dan nilai-nilai modern, yang sebagian telah menyebabkan penafsiran ulang dan pemikiran ulang tentang ortodoksi.
Konsep Islam ortodoks bukan hanya definisi kepercayaan agama, tetapi juga respons terhadap dinamika budaya, sosial, dan politik. Saat kita memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan-perbedaan ini, mungkin ada baiknya mempertimbangkan bagaimana makna ortodoksi berkembang ketika iman menghadapi perubahan.