Dalam dunia penelitian ilmiah, triptofan bukan sekadar asam amino. Ketika terpapar sinar ultraviolet, ia dapat diubah menjadi senyawa kuat yang disebut 6-Formylindolo[3,2- b] karbazol (FICZ). FICZ tidak hanya memiliki kepentingan biologis yang besar bagi para peneliti, tetapi juga dapat memengaruhi pemahaman kita tentang toksisitas lingkungan dan memiliki efek tersembunyi pada perkembangan embrio dan sistem kekebalan tubuh.
Proses perubahan triptofan ini menunjukkan keragaman reaksi kimia kehidupan dan signifikansi biologisnya.
Dalam kondisi yang tepat, seperti paparan sinar ultraviolet atau dalam larutan tertentu, triptofan menghasilkan FICZ. Mekanisme konversi awalnya melibatkan fotooksidasi triptofan, membentuk serangkaian zat antara yang akhirnya diubah menjadi FICZ. Misalnya, pembentukan internal FICZ dapat diamati setelah penyinaran UV pada keratinosit manusia yang telah dikultur dalam medium yang diperkaya triptofan. Proses ini juga dikonfirmasi pada jenis sel lain, termasuk sel Jurkat yang dikultur dalam medium yang diperkaya L-Trp.
Sinar UV tidak hanya menggelapkan kulit kita, tetapi juga memicu serangkaian perubahan yang mengejutkan pada tingkat molekuler.
Selain bergantung pada pengaruh cahaya atau H2O2, sintesis FICZ juga dapat mengubah triptofan menjadi FICZ melalui serangkaian reaksi enzimatik. Ini melibatkan deaminasi oksidatif triptofan, yang pada akhirnya membentuk prekursor triptofan I3A, yang kemudian diubah menjadi FICZ. Reaksi yang relevan diatur oleh berbagai enzim, yang menunjukkan keragaman triptofan dalam berbagai kondisi dan kepentingan biologisnya.
Transformasi triptofan dan sintesis FICZ telah memberi kita pemahaman yang lebih mendalam tentang metabolisme tubuh.
Ketika FICZ mengikat reseptor hidrokarbon aril (AHR), ia mengaktifkan ekspresi gen target, termasuk banyak gen yang terlibat dalam metabolisme, seperti sitokrom P450 (CYP) 1A1. Sebagai ligan AHR berafinitas tinggi, efek FICZ tidak terbatas pada proses metabolisme tetapi juga memengaruhi regulasi sistem imun, dan dapat menjadi kandidat untuk target terapi baru.
Penelitian kini telah menunjukkan bahwa FICZ memainkan peran penting dalam berbagai respons seluler, khususnya dalam pengembangan sistem imun.
FICZ penting untuk pembaruan diri dan diferensiasi sel punca dan sel pra-punca. FICZ mendorong perluasan sel punca tertentu, yang penting untuk perkembangan normal janin. Selain itu, FICZ juga terlibat dalam pengaturan respons imun untuk memengaruhi diferensiasi sel T, yang menunjukkan nilai aplikasi potensialnya dalam penelitian penyakit anti-autoimun dan kanker.
Keragaman dan potensi toksisitas FICZ menantang pemahaman kita tentang lingkungan dan biologi, dan membuat kita bertanya-tanya: berapa banyak perubahan biokimia yang belum ditemukan yang mengintai di setiap momen kehidupan manusia?